ORANG dapat belajar dari hal yang buruk. Hal-hal yang buruk bisa menjadi cermin seseorang untuk melangkah ke yang lebih baik. Demikian juga, seorang Romo (dan umat juga) dapat belajar dari tipe-tipe Romo yang buruk. Di bawah ini disampaikan sembilan tipe romo yang buruk. Semoga dengan melihat segala kekurangan ini, kita bisa bercermin dan berubah. Yang penting kita semua mau belajar dari kekurangan.
Tipe-tipe yang buruk ini sebenarnya tidak hanya berlaku untuk Romo tetapi juga bagi setiap orang, terutama yang mempunyai tanggung jawab memimpin.
Mari kita cermati tipe-tipe Romo yang buruk.
1. Romo yang tidak punya Visi
“Bila tidak ada visi, menjadi liarlah umat”. Visilah yang menentukan arah. Tanpa visi, umat akan berjalan di tempat. Visi harus lahir terlebih dahulu. Visi itu datang dari Allah. Semua proses ini merupakan pewahyuan. Gereja tanpa visi adalah gereja tanpa gerak. Visi membuat Gereja efektif. Pemimpin tanpa visi akan menggantikan pelayanan dengan ambisi atau trend, yang cuman sesaat.
2. Romo Manipulatif
Manipulasi digunakan untuk ambisi pribadi. Pemimpin ini penuh intrik. Akarnya adalah cinta diri (narsistik). Gereja bukanlah milik pribadi, melainkan milik Tuhan. Pemimpin tipe ini menggunakan segala kemampuannya untuk memanipulasi orang lain. Ia merasa tidak aman kalau ada orang lain (dari kalangan umat) yang lebih hebat darinya. Ini adalah roh Saul. Masih ingat lagu lama Israel, “Daud mengalahkan berlaksa-laksa… dst”. Suka iri. Ciri lain dari tipe ini, suka menjelek-jelekkan lawannya, juga umat yang kurang setuju. So, ada roh gossip. Mereka ini senang dipuji. Jadi sesungguhnya umat dikendalikan. Bisa juga disebut sebagai insecure leader, artinya nggak aman kalau ada yang lebih hebat darinya. Cepat atau lambat umat akan tahu, apakah mereka bagian dari gerakan Tuhan atau hanya dimanfaatkan demi kepentingan Romo ini.
3. Romo Cari Aman (Comfort Zone Pastor)
Comfort zone (zona nyaman) adalah musuh orang percaya. Bukan hanya Romo. Coba cek diri kita masing-masing. Biasanya waktu muda kita bersemangat dan terbakar mewartakan Injil dan merasul, sekarang kalo udah kerja, dapat promosi, serba cukup dan wah kita berhenti dan mulai berharap lagi dan lagi. Kebutuhan itu ternyata nggak pernah stop alias manusia emang nggak pernah puas. Kenapa banyak orang setelah berkeluarga jadi berhenti aktif di pelayanan?
Terkadang kesusahan, penindasan dan penderitaan adalah cara yang ampuh bagi Tuhan untuk membuat suatu gerakan di Gereja. So, tipe kayak gini nggak mungkin ada gerakan Tuhan. Pelayanan cuma setengah-setengah. Apalagi kalo Gereja sudah mulai bertambah umat banyak dan banyak orang kaya. Romo di usia 40-50 adalah rawan terkena sindrom comfort zone. Contoh di alkitab adalah Raja Hizkia. Pemimpin comfort zone membuahkan jemaat comfort zone!
4. Romo Pekerja Semata (Occupational Pastor)
Nah mungkin ini kebanyakan tipe Romo, nggak cuma di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Menjadi Romo bukanlah suatu profesi yang membedakannya dengan Insinyur, dokter, arsitek, artis, pilot, petani dan sebagainya. Romo tipe ini hanya melakukan tugas-tugas ke-romo-an semata, ngurusin babtisan, pernikahan, kunjungan umat, misa, pemakaman dan pekerjaan lainnya yang sudah diatur AD/ART gereja. Walaupun Romo tipe ini cukup dihormati, namun secara jujur, tidak ada pengaruhnya di kalangan umat. John C. Maxwell berkata, “Kepemimpinan adalah pengaruh! Jadi bukanlah jabatan.” Pemimpin tipe ini tidak menjadi inspirasi dalam hal mengasihi dan melakukan kehendak Tuhan.
Photo credit: caricature.com.sg, bradfitzpatrick.com