Puncta 29.11.22
Selasa Advent I
Lukas 10: 21-24
SEKARANG ini sedang berlangsung ajang Piala Dunia. Semua mata terarah ke Qatar, negara kecil di Timur Tengah yang kaya raya.
Pada pertandingan babak penyisihan sudah terjadi kejutan yang tak terduga. Argentina dikalahkan oleh Arab Saudi dan Jerman harus takluk kepada Jepang.
Arab Saudi dan Jepang bukanlah negara sepakbola. Berbeda dengan Argentina dan Jerman yang sudah malang melintang mengusai sepakbola.
Jerman sudah 4 kali juara dunia. Argentina pernah juara piala dunia sebanyak 2 kali, yakni pada edisi World Cup 1978 dan 1986.
Tim Tango terakhir kali menang dalam pertandingan piala dunia saat fase grup World Cup 2018 di Rusia. Saat itu, Argentina menang 1-2 atas Nigeria, sebelum tumbang di babak 16 besar melawan Perancis.
Arab Saudi sudah enam kali ikut piala dunia, tetapi mereka belum pernah juara. Bahkan untuk masuk ke babak dua saja sangat kesulitan.
Begitu juga Jepang, mereka paling banter hanya sampai di babak 16 besar.
Dibandingkan dengan Jerman dan Argentina yang merajai dunia sepak bola, Arab dan Jepang belum apa-apanya.
Tetapi mereka tidak bisa diremehkan begitu saja. Mereka mampu membuat kejutan awal yang menyentak negara-negara kuat dan hebat.
Jangan pernah menyepelekan dan merendahkan orang-orang kecil.
Dalam Injil Yesus bersyukur kepada Bapa-Nya karena Allah mengaruniakan kebijaksanaan kepada orang-orang kecil dan sederhana.
Yesus berkata, “Aku bersyukur kepada-Mu ya Bapa, Tuhan langit dan bumi karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan di hati-Mu.”
Orang-orang kecil dan sederhana justru dipakai oleh Allah untuk menunjukkan kemuliaan-Nya.
Dalam tradisi wayang, orang-orang kecil itu tergambar dalam kehidupan para punakawan atau abdi yakni Semar dan anak-anaknya.
Semar, Gareng, Petruk dan Bagong adalah rakyat biasa yang hidup dengan jujur, polos, sederhana, lugas apa adanya. Siapa yang diikuti atau diabdi oleh mereka pasti menjadi ksatria yang baik dan bijaksana.
Orang-orang kecil dan sederhana yang jujur dan terbuka pada kehendak Tuhan sering menjadi guru bagi kita semua.
Pada mereka kita bisa belajar tentang kebijaksanaan hidup. Seperti para ksatria yang didampingi punakawan, kita butuh mendengarkan suara bijak kaum kecil dan sederhana.
Tiap malam menonton piala dunia,
Siapa yang berhasil menjadi juara?
Ajarilah kami untuk hidup bijaksana,
Agar hati penuh damai dan bahagia.
Cawas, terus mencari kebijaksanaan hidup…
senang sekali baca Puncta tulisan Pst Joko,
Semoga bisa dapat Puncta secr rutin?