Puncta 19.10.22
Rabu Biasa XXIX
Lukas 12: 39-48
PADA waktu tsunami Aceh datang, tidak ada sistem deteksi dini yang melaporkan bahwa akan terjadi gelombang pasang setinggi 9 meter ke daratan.
Gempa yang mengawali bencana itu merusakkan jaringan listrik sehingga komunikasi menjadi rusak.
Namun para peneliti gempa dan tsunami melihat ada perilaku aneh beberapa binatang yang menjadi tanda akan terjadinya sesuatu.
Di pesisir desa Bang Koey di Thailand, warga setempat mengatakan sekumpulan kerbau yang sedang berada di pinggir pantai tiba-tiba menegakkan telinga, memandang waspada ke arah lautan, kemudian berlarian ke atas bukit terdekat beberapa saat sebelum tsunami menerjang.
“Para penyintas juga mengatakan mereka melihat binatang-binatang, seperti sapi, kambing, kucing, dan burung, yang panik berlarian, berpindah tempat sesaat setelah gempa selesai dan sebelum tsunami datang,” kata Irina peneliti kebencanaan dari PBB.
“Banyak dari orang-orang yang selamat ini berlari bersama hewan-hewan tadi atau segera mengikuti mereka pergi meninggalkan daerah bencana.”
Hal ini membuat para peneliti kebencanaan mempelajari perilaku binatang-binatang sebelum terjadi bencana, sehingga masih ada waktu peringatan dini terhadap manusia supaya segera menyelamatkan diri.
Yesus memperingatkan kepada para murid dan orang banyak untuk selalu siap sedia. Ia berkata, ”Jika tuan rumah tahu pukul berapa pencuri akan datang, ia tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan.”
Siap siaga dan bijaksana adalah sikap yang dituntut bagi siapapun untuk selalu berjaga-jaga. Kita tidak tahu kapan datangnya kematian atau bencana alam. Tetapi kita bisa belajar peka terhadap tanda-tanda alam seperti binatang.
Kita tidak boleh terlena seperti hamba yang tidak sabar menunggu tuannya. Ia kemudian bertindak seenaknya dan mulai berlaku jahat kepada yang lainnya.
Ramalan Jayabaya, pujangga Jawa banyak disitir orang. Dia meramal, “Zamane zaman edan, sing ora edan ora bakal keduman. Nanging sak beja-bejane wong edan, isih luwih beja wong kang eling lan waspada ……”
Artinya akan datang saatnya zaman edan. Orang yang tidak ikut edan-edanan tidak akan mendapatkan bagian. Namun sebesar apa pun untungnya orang edan, masih lebih untung orang yang sadar dan waspada.
Franky Sahilatua menggambarkan zaman edan dengan lagu berjudul Perahu Retak.
Salah satu syairnya berbunyi: “Tanah pertiwi anugerah Ilahi, Jangan makan sendiri. Aku heran aku heran. Satu kenyang seribu kelaparan. Aku heran aku heran. Keserakahan diagungkan. Aku heran aku heran. Yang salah dipertahankan. Aku heran aku heran. Yang benar disingkirkan.”
Yesus mengingatkan, berbahagialah hamba yang tahu akan kehendak tuannya. Menyiapkan diri dan bertindak dengan bijaksana dituntut kepada kita yang diberi kepercayaan dan tanggungjawab.
Selalu jangan lupa “Sing eling lan waspada, siap siaga dan bijaksana.”
Pergi ke padang gurun naik unta,
Pemandangan indah cuma fatamorgana.
Lebih baik sikap “Eling lan waspada,”
Daripada ikut arus kelakuan orang gila.
Cawas, Eling lan waspada…