ZAMAN dahulu ada sebuah sekolah khusus hewan, Kepala Sekolahnya adalah seekor burung hantu yang biasa di sebut Mr. Hoot. Nama tersebut diambil karena apabila terbang, burung hantu tersebut mengeluarkan suara, “Hoot..……hoot…….…hoot….”!!.
Oleh sebab itu murid-muridnya memanggilnya Mr. Hoot.
Sebagai pimpinan sekolah Mr. Hoot dibantu oleh beberapa guru yang terpilih dalam seleksi ketat di hutan itu. Para guru itu adalah Mr. Lion, seekor singa yang tegas dalam mendidik murid-muridnya, disiplin dalam menjalankan aturan namun mudah sekali lapar. Lalu ada Ms. Kanggie, yaitu seekor kanguru yang sangat dekat dengan murid-muridnya, rajin, kreatif dalam membuat metode pengajaran namun selalu repot membawa anaknya ke sekolah.
Disamping itu ada pula Mr. Snake, seekor ular yang sangat pandai dalam membuat games di kelas, cerdik dalam menghadapi masalah dengan orangtua murid namun sedikit licik terhadap teman dan suka bermalas-malasan. Guru lain adalah Ms. Girry, yakni seekor jerapah yang sederhana penampilannya, tidak neko-neko, suka menolong tetapi sayangnya ia paling tidak suka membuat lesson plan dan sering tidur waktu rapat guru.
Para murid yang belajar di sekolah yang berkurikulum persaudaraan plus ini adalah gajah, bebek, ayam, rusa, anjing, tikus, landak, burung elang, kambing, beruang, kerbau, kelinci, kucing, cheetah dan penguin. Masing-masing murid mempunyai sifat dan karakternya yang khas.
Contohnya bebek.
Bebek suka ribut di kelas da ia gemar sekali bertanya pada waktu pelajaran. Sayangnya bebek malas menulis. Sementara anjing selalu bertengkar bila duduk sebangku dengan kucing. Tikus adalah pendengar yang baik saat pelajaran dan sangat suka pelajaran art. Murid lain, yakni gajah adalah murid yang cepat belajar dan tidak pernah lalai mengerjakan PR. Burung elang adalah murid cerdas namun ia sombong dan egois.
Selain perbedaan watak, murid-murid ini juga mencapai prestasi akademik yang tidak sama satu dengan lainnya. Sebagai contoh, cheetah. Ia juara satu dalam pelajaran berlari tetapi kurang dalam berenang. Sebaliknya, beruang ahli dalam menangkap ikan namun ia lemah dalam pelajaran terbang.
Satu-satunya murid yang bisa dalam beberapa pelajaran adalah burung elang, sukses dalam pelajaran terbang, ahli menangkap ikan, sangat cepat berada di atas pohon dan mampu mendahului cheetah dalam lomba lari. Sementara itu gajah, bebek, ayam, rusa, landak, kambing, kerbau, kelinci, penguin adalah murid-murid yang selalu megikuti remedial pelajaran memanjat.
Suatu hari Mr. Hoot mengadakan rapat dewan guru. Agenda rapat adalah membicarakan sembilan murid yang selalu mengikuti remedial pelajaran memanjat dengan memanggil keempat gurunya. Dalam rapat diketahui guru pelajaran memanjat adalah Ms. Girry, si jerapah berleher panjang.
Saat dimintai penjelasannya Ms. Girry hanya menjawab seperti ini, ”Saya sudah berusaha mengajarkan pelajaran memanjat kepada mereka tetapi mereka tidak bisa”.
”Bagaimana cara pengajarannya, Ms. Girry?”, tanya Mr. Lion.
”Ya seperti guru lain, pada awalnya saya terangkan dulu cara memanjat yang benar, kemudian saya minta murid-murid mempraktekkannya. Bahkan saya selalu standby di dekat pohon untuk menjaga mereka supaya tidak jatuh dan terluka”, demikian Ms. Girry yang hari itu kelihatan cantik dengan pakaian bintik coklatnya.
Ms. Kanggie, yang terkenal kreatif, tidak tahan lagi untuk tidak berkomentar. ”Lho..pantasan saja murid pada gak bisa kalau seperti itu caranya. Harusnya Ms. Girry juga memberi contoh bagaimana cara memanjat, selain itu bisa gunakan pohon mainan dulu sebagai alat peraga. Tidak cukup itu, sebaiknya juga murid belajar dalam kelompok dulu bagaimana bisa memanjat pohon dengan bantuan teman, setelah itu barulah minta murid mempraktikkannya ”.
“Setuju”, jawab guru-guru lain serempak.
Mr. Hoot yang sedari awal banyak berdiam diri kemudian bertanya, “ Ms. Girry sudah membuat lesson plan-nya, kan”?. Kepala sekolah tahu persis Ms. Girry tidak mengumpulkan lesson plan tetapi karena tidak mau mempermalukan gurunya, Mr. Hoot bertanya dengan kalimat seperti itu.
“Iiiyya..Mr,” Ms. Girry gugup menjawab.
Mr. Snake membatin dalam hati, pasti dia tidak buat lesson plan, makanya pelajaran kacau. Ms. Kanggie dan Mr. Lion berpandangan satu sama lain. Parah sekali, akibatnya sembilan murid gagal padahal hanya ada limabelas murid. Itu berarti hanya enam murid yang berhasil, kata Mr Lion berhitung dalam hati.
”Dewan Guru…saya tekankan lagi pentingnya kita menyusun lesson plan. Lesson plan adalah alat yang kita perlukan dalam pekerjaan sebagai guru. Bagaimana kita dapat bekerja, apabila kita tidak memiliki alatnya?
Meskipun lesson plan bukan satu-satunya alat untuk mengukur keberhasilan murid tetapi jangan sampai para guru dipersalahkan. Saya harap ini menjadi catatan penting di sekolah kita minggu ini. Susunlah secara detail rencana pengajaran untuk murid kita sehingga materi yang kita ajarkan dapat ditangkap dengan mudah. Jangan terlalu simple tetapi juga sebaiknya jangan terlalu complicated. Kita harus membuka diri untuk mau belajar dari kesalahan ini”, panjang lebar Kepala Sekolah menjelaskan kepada para guru.
Ms. Girry tertunduk dengan lehernya yang panjang itu. Nampaknya ia menyesal.Ia berjanji akan rajin membuat lesson plan seperti pesan Kepala Sekolahnya. Bukan hanya demi Mr. Hoot dia berjanji namun demi murid-murid tercintanya di kelas pelajaran memanjat. Saat usai rapat, tiga rekan gurunya menguatkan Ms. Kanggie dengan memeluknya erat-erat, ”Ayolah teman, lakukan yang terbaik untuk murid kita, kamu pasti bisa”.
Begitulah persaudaraan di sekolah hewan itu. Pada akhirnya meski berbeda pendapat tetapi mereka tetap bersaudara. Saling menguatkan dan mendukung satu sama lain. Bukankah semangat pendidikan di sekolah ini adalah persaudaraan? Tentu para murid akan cepat belajar tentang sesuatu hal apabila guru-gurunya mampu memberi contoh terlebih dahulu.
Bagaimana menurut Anda?