Belajar Latihan Mengedukasi Masyarakat Desa Wisata Candirejo Magelang

0
47 views
Dokumentasi foto bersama rekan-rekan satu kelompok saat belajar latihan mengedukasi Desa Wisata Candirejo, Magelang. (Angelika Muras)

SEMESTER lalu tahun 2024 ini merupakan masa perkuliahan saya semester empat. Sepanjang masa perkuliahan semester empat itu, saya mengalami banyak sekali pengalaman. Itu yang ingin saya kisahkan di sini.

Yang pasti, bagi saya -mahasisi penerima manfaat Program Pintu Depan Yayasan Karsa Cipta Asa (YKCA)- pengalaman suka-duka pada masa perkuliahan ini telah ikut mewarnai perjalanan hidup saya. Utamanya saya sebagai mahasiswi Dayak perantau; berasal jauh dari kampung halaman di Ketapang, Kalbar. Juga jauh dari orangtua dan sanak saudara.

Nano-nano pengalaman

Selama menjalani perkuliahan, saya merasakan nano-nano pengalaman. Dari suka hingga duka yang akhirnya ikut membentuk perjalanan belajar saya.

Suka itu datang saat pertama kali masuk ke dalam kelas kuliah. Di mana ada rasa semangat dan antusiasme yang selau menyertai setiap langkah pembelajaran. Setiap kali memahami konsep baru atau berhasil menyelesaikan tugas rumit, maka rasa bangga dan kepuasan itu tak tergantikan.

Saya juga merasakan kegembiraan, saat berdiskusi dengan teman-teman sekelas yang memiliki minat dan tujuan yang sama. Kami bisa saling berbagi pengetahuan dan mendukung satu sama lain.

Belajar dan latihan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya merawat tempat destinasi wisata. Program ini sebagai bagian dari kurikulum pembelajaran bagi para mahasiswa studi pariwisata. (Angelika Muras)

Menjawab tantangan di perkuliahan

Namun, di balik kegembiraan itu, juga ada pengalaman sedihnya. Mungkin tidak tepat menyebut “duka” atau sedih. Namun yang pasti, semua itu merupakan tantangan berat di lapangan (baca: agenda kuliah dan semua tugas).

Beban tugas selalu saja datang menumpuk. Juga jadwal kuliah yang sangat padat. Belum lagi kalau harus menghitung tekanan untuk selalu menuntut diri bisa mencapai standar yang tinggi dan optima. Maka semua tantangan belajar itu acap kali bisa membuat saya merasa tegang dan tertekan.

Terkadang, saya juga mengalami kesulitan dalam memahami materi yang kompleks. Juga kalau harus menghadapi ujian menantang. Kalau gagal, maka itu bisa saja membuat diri frustrasi dan bahkan sampai juga bisa meragukan kemampuan sendiri.

Terhitung sampai hari ini, saya sudah hampir menjalani masa kuliah tiga tahun. Tak terasa bahwa saya sekarang sudah menjalani peran seorang mahasiswa selama tiga tahun itu. Sudah barang tentu, ada juga rasa lelah dalam mengerjakan tugas-tugas dosen.

Malah juga ada rasa-merasa tidak sanggup melakukannya. Juga tidak paham materi perkuliahan. Semua itu belum termasuk hal-hal lain yang dapat memperngaruhi kualitas saya sebagai mahasiswa. Jadi, semua itu menurut saya adalah tantangan yang dialami oleh para mahasiswa di luar sana; termasuk saya sendiri.

Desa Wisata Rejowinangun di Magelang menjadi lokasi para mahasiswa studi pariwisata belajar dan latihan mengedukasi masyarakat. Kunjungan ke desa wisata ini sebagai bagian dari program pembelajaran dan kuliah. (Angelika Muras)

Kuliah pariwisata

Apalagi saya sebagai mahasiswa jurusan pariwisata.ugas yang harus saya kerjakan dengan rekan-rekan saya tidaklah mudah. Kami sering diberikan tugas untuk observasi atau berkontribusi langsung untuk membantu destinasi wisata dan desa wisata.

Dalam tugas seperti ini disinilah rasa tanggung jawab dan kerjasama dengan anggota kelompok diuji. Yang mana kami juga harus menyelesaikan tugas tepat waktu. Tetapi dengan beberapa tantangan itu bisa saya lewati bersama teman-teman satu kelompok.

Salah satu contoh pengalaman membekas hingga saat ini yang dapat saya ceritakan adalah saat saya mendapat tugas kuliah untuk membantu desa wisata dalam mengembangkan potensinya.

Bersama teman-teman mahasiswa, kami pergi kunjungi Desa Wisata Cokrodiningratan. (Angelika Muras)
Dokumentasi bersama salah satu pengelola destinasi wisata bernama Tebing Breksi yang kini menjabat sekretaris lokasi. (Angelika Muras)
 

Proyek membantu desa wisata

Dalam proyek ini, kelompok saya mendapatkan desa wisata di Magelang. Bayangkan. Kami harus bolak balik Yogja-Magelang beberapa kali; mengingat jarak yang ditempuh tidaklah dekat. Tenaga, waktu dan uang harus kami korbankan demi menyelesaikan proyek ini. Belum lagi kejar-kejaran dengan tugas mata kuliah yang lain.

Namun semua itu kami dasari dengan rasa semangat dan tanggungjawab. Saya menyadari tugas saya sebagai seorang mahasiswa yang baik haruslah menyelesaikan semua tugas dengan rasa penuh tanggungjawab.

Dengan menanamkan rasa tanggungjawab dan semangat yang tinggi saya dan rekan-rekan satu kelompok akhirnya bisa menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Puji Tuhan juga berhasil memperoleh nilai “A” atas hasil kerja keras ini.

Dari setiap kegagalan dan kesulitan yang dialami, saya belajar untuk lebih gigih dan tekun. Saya belajar bahwa proses perkuliahan bukanlah tentang mencapai kesempurnaan seketika. Melainkan tentang bagaimana kita bertumbuh dan berkembang dalam setiap pengalaman; baik suka maupun duka.

Intinya, menjalani perkuliahan adalah tentang menemukan keseimbangan antara kesenangan dalam belajar dan tantangan dalam menghadapi kesulitan. Pengalaman suka dan duka selama perkuliahan telah membentuk saya menjadi pribadi yang lebih kuat dan lebih siap menghadapi tantangan di masa depan.

Baca juga: Beasiswa YKCA jadikan lebih bersemangat studi pariwisata

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here