Belajar Mendengarkan

0
292 views
Ilustrasi - Alat pendengar. (Ist)

Renungan Harian
18 September 2021
Bacaan I: 1Tim. 6: 13-16
Injil: Luk. 8: 4-15
 
BEBERAPA hari ini, di media sosial ramai soal berita tentang adanya santri yang menutup telinga saat mendengar lagu “profan” (lagu duniawi, pop, dangdut dan semacamnya).

Banyak komentar berkaitan dengan sikap santri tersebut. Ada yang mendukung, ada pula yang menolak. Beberapa yang menolak berpendapat bahwa apa yang dilakukan santri itu tidak semestinya. Bahkan ada yang menganggap mereka adalah kelompok radikal.

Sementara yang mendukung berpendapat bahwa itu soal pilihan pribadi dan atau adanya keinginan luhur yang dihayatinya.
 
Seorang teman, Indro, yang banyak bergelut dengan dunia santri (biasa saya panggil Kang Indro) memberi penjelasan bagaimana memahami sikap santri tersebut agar tidak mudah memberikan label radikal.

Ia menjelaskan bahwa ada kelompok santri menghindari mendengarkan musik-musik profan agar tidak terganggu konsentrasinya. Mereka fokus untuk menghafal sehingga menghindari hal-hal yang mengganggunya.

Lebih jauh dia menjelaskan bahwa ada musik-musik tertentu misalnya musik klasik yang mereka dengarkan karena membantu konsentrasi untuk menghafal.

Intinya mereka akan memilih hal-hal yang membantu untuk menghayati pilihan hidup mereka dan meninggalkan hal-hal yang mengganggu.

Pada sisi ini mereka bisa disebut radikal tetapi dalam arti positif.
 
Pada masa sekarang ini menggejala di antara sebagian besar orang muda yang hampir semua kegiatannya dibarengi dengan mendengarkan lagu. Sebuah pemandangan biasa melihat orang yang telinganya terselip earphone sebagai sarana untuk mendengarkan lagu.

Dari obrolan dengan rekan-rekan muda, terungkap mengapa mereka selalu mendengarkan lagu dalam hampir semua aktivitas mereka karena untuk membunuh sepi.

Entah mereka takut dengan sepi atau tidak mau mengalami kesepian. Dengan demikian mereka telah memilih hidupnya ramai, meriah penuh dengan musik.

Tentu perlu didalami apakah dengan mendengarkan musik ini sebagai pilihan demi kualitas hidup lebih baik atau hanya sekedar ketakutan atau ketidak senangan dengan sepi.
 
Sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam injil Lukas, mengajak untuk merefleksikan tentang kemampuan mendengarkan.

Sebenarnya lebih tepat refleksi tentang diskresi (kemampuan menimbang dan memilih) apa yang didengarkan.

Sejauh mana aku mampu berdiskresi untuk memilih mendengarkan diriku, suara hatiku dan dorongan-dorongan roh baik sehingga membawaku semakin dekat dengan Tuhan.

“Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah mendengar”.
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here