SEPINTAS perumpamaan tentang penabur (Matius 13:1-23) seperti bernada pesimis. Dari empat lokasi yang menjadi tempat jatuhnya benih itu, hanya yang terakhir memberikan buah (Matius 13:8.23).
Perumpamaan itu bukan hanya menegaskan buah yang dihasilkan, melainkan juga tentang cara orang mendengar. Ada yang gagal mendengar (Matius 13:13-15) dan ada yang berhasil mendengar (Matius 13:16-17).
Hasilnya amat berbeda. Karena itu, Yesus mengajak para murid agar memperhatikan cara mendengar (Matius 13:18).
Yang mendengar dengan baik akan dikaruniai berlimpah-limpah, sedang yang tidak mau mendengar justru akan kehilangan. Artinya, yang ada padanya pun akan diambil (Matius 13:12). Tidak berbuah.
Apa yang bisa direnungkan? Minimal ada dua.
- Pertama, yang mesti orang dengarkan, yakni Yesus yang menaburkan benih (Sabda Allah).
- Kedua, cara orang mendengarkan.
Di sini, mendengarkan melibatkan empat sikap.
- Pertama, mendengarkan dengan pikiran terbuka dan hati yang murni (Matius 5:8).
- Kedua, memahami yang didengarnya.
- Ketiga, menerima dan meyakini semua yang dipahaminya.
- Akhirnya, menghayati semua telah diyakini.
Tidak cukup orang hanya mendengar dengan telinga. Dia mesti memasang hati dan pikirannya sedemikian hingga memahami yang didengarnya. Semua mesti berujung pada tindakan nyata berdasar iman yang diyakininya.
Dalam hal ini, banyak pengikut Yesus masih gagal. Jangankan mendengar secara mendalam sampai menghasilkan buah, menyediakan waktu untuk mendengarkan Sabda Tuhan saja sulit. Bukankah demikian?
Manusia boleh gagal mendengarkan Sabda Tuhan dan tidak menghasilkan buah. Namun, Sabda Tuhan tidak pernah gagal (Yesaya 55:10-11). Pada akhir hidup-Nya, hampir semua pengikut-Nya meninggalkan Yesus yang wafat di kayu salib.
Namun setelah kebangkitan-Nya, Gereja berkembang hingga sekarang. Jadi, mari belajar mendengarkan Yesus lagi.
Minggu, 16 Juli 2023
.