Belajar Tegar seperti Frans: Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Pula (3)

2
4,100 views

TEPAT sepekan setelah Frans meninggal, Senin (12/3) kemarin diselenggarakan peringatan 7 hari meninggalnya kawan kami: Frans.

Acara doa bersama yang sedianya dirancang akan mulai pukul 19.30 akhirnya mundur sampai para tetamu yang masih dalam perjalanan tiba di lokasi. Akhirnya, yang semula hanya 35 tamu di awal acara, berubah tambah menjadi 50 orang. Mayoritas tetamu datang dari Lingkungan Antonius IV dan keluarga serta kerabat dekat.

Ada enam eks seminaris ikut ngombyongi acara peringatan 7 hari dengan doa ini.

 

Obrolan singkat

Keponakan almarhum Frans yang bernama Wisnu menjadi teman saya mengobrol ngalor-ngidul sembari sedikit banyak mengorek kembali kenangan akan almarhum Frans. Dulu, Wisnu pernah tinggal bersama almarhum di rumahnya selama kurang lebih 3 tahun. Waktu itu, kata Wisnu, Frans masih berjaya di keluarganya karena bahtera rumahtangganya masih utuh.

Bahkan kata Wisnu, “Justru berkat almarhum Mas Frans, saya bisa bekerja di Jakarta dan berkarya di sebuah bank swasta sampai sekarang.”

Pada kurun waktu 12 tahun saja, gaji almarhum sudah mencapai angka Rp 5 juta dan itu berarti untuk ukuran tahun 2012 bisa bertengger di atas angka Rp 12 juta.

Awal bencana

Wisnu tahu persis darimana datangnya awal bencana rumah tangga itu berasal. Alkisah, kata Wisnu, ada seorang teman lama bertandang ke rumah Frans. Lazimnya seorang teman dan apalagi juga sudah berkeluarga, almarhum tentu menyambut tamunya itu dengan segala keramahannya.

“Dari semula bertamu, ternyata makin sering datang dan mengajak pergi tante saya. Ini saya tahu dari cerita anak-anak dan pembantunya,” kata Wisnu.

Akhirnya, bencana itu betul-betul datang menyergap. “Ibu dan anak-anak pergi meninggalkan Mas Frans,” kata Wisnu.

Ketika pulang kerja, Frans pun jadi limbung bingung. Beberapa hari lamanya tidak bisa tidur. Juga tidak tahu kemana perginya anak-anak dan istrinya. Lantaran serius mencari keberadaan istrinya, Frans pun sampai kedodoran menyediakan waktu yang wajar untuk pekerjaannya. “Karena tidak enak, akhirnya Frans pun mundur dari pekerjaannya untuk fokus mencari istri dan anak-anaknya,” tandas Wisnu.

Sekali waktu, akhirnya didapatlah sebuah info A-1 (akurat) bahwa anak dan istrinya tinggal di kawasan Poncol, Senen, Jakarta Pusat. Karena dianggap hidup serumah tanpa ikatan yang jelas, maka istri dan kawan itu akhirnya dibawa ke sebuah pos polisi terdekat.

Namun alih-alih diperkarakan, ternyata teman itu malah bebas melenggang kangkung tanpa beban. Frans malah tak menyangka, ketika anaknya justru memaki-makinya di depan khalayak petugas keamanan.

“Ya sudahlah, biarlah mereka pergi,” kata Wisnu menirukan suara Frans yang tak kuasa mendengar kata-kata tidak enak di hati. “Saya tak rela istri saya masuk penjara karena kasus ini,” tambahnya kemudian sebagaimana ditirukan Wisnu.

Sejak kejadian itu sampai meninggalnya, Frans tidak dapat ketemu dan melihat anak dan istrinya lagi….(Bersambung)

 

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here