Puncta 4.01.22
Selasa Biasa sesudah Penampakan Tuhan
Markus 6: 34-44
ADA banyak orang merasa kasihan melihat pengemis di perempatan-perempatan jalan. Tetapi dia tidak tergerak untuk menolong.
Ada yang beranggapan dengan menolong malah membuat orang malas, tidak mau kerja keras, hanya mau enaknya saja mengharapkan uluran tangan orang yang lewat.
Beda dengan seorang guru sekolah dasar puteri di Karthoum, Sudan. Ia melihat ada seorang gadis kecil menjual roti untuk membantu ibunya.
Sembari berteduh, ia terlihat duduk di luar kelas. Ketika guru itu memberi soal yang sulit kepada murid-muridnya di kelas, gadis penjual roti itu bisa menjawab dengan benar.
Guru SD itu lalu mengizinkan gadis itu mengikuti pelajarannya. Ia juga meminta guru-guru yang lain memperbolehkan gadis itu ikut mendengarkan pelajaran.
Akhirnya pada hari kelulusan, gadis penjual roti itu menempati peringkat pertama di sekolah.
Guru itu kemudian ditugaskan di luar egeri selama 16 tahun. Ia tidak pernah bertemu dengan gadis penjual roti.
Suatu kali dia diundang sahabatnya yang menjadi dosen di Perguruan Tinggi Sudan. Ia dipertemukan dengan seorang gadis cantik dan cerdas yang baru saja berpidato memberi kuliah umum di universitas itu.
Gadis itu memeluknya dan menangis di pundaknya.
“Bapak pasti tidak mengenal saya. Sayalah gadis kecil penjual roti yang dulu diizinkan bapak ikut sekolah. Karena belaskasihan bapak, saya menjadi seperti sekarang ini. Terimakasih Bapak.”
Gadis itu telah menjadi profesor termuda di universitasnya.
Bapak guru itu meneteskan airmata. “Aku bangga menjadi guru dan aku menjadi tahu apa artinya menjadi manusia.”
Belaskasih yang menggerakkannya telah mengubah gadis kecil penjual roti menjadi seorang profesor yang cerdas dan brilyan.
Yesus tergerak oleh belaskasihan kepada orang banyak yang mengikuti-Nya. Ia memikirkan mereka yang kelaparan.
Dia menyuruh para murid untuk berbelarasa dengan mereka. Namun mereka hanya memiliki lima roti dan dua ikan.
Yesus menggunakan kekurangan mereka untuk menolong orang banyak. Kekurangan tidak menghalangi orang berbuat baik.
Yesus berdoa mengucap berkat dan membagi-bagikan roti itu kepada mereka, demikian juga ikan.
Semua orang makan sampai kenyang, bahkan berkelimpahan.
Belaskasih yang menggerakkan membuat orang lapar menjadi kenyang, orang miskin berkelimpahan, gadis miskin penjual roti menjadi tokoh cemerlang.
Yesus memberi contoh bagaimana belaskasihan bisa mengubah keadaan.
Belaskasih tidak berhenti pada perasaan, tetapi terwujud dalam tindakan yang menghasilkan kebaikan.
Jangan hanya merasa kasihan, tetapi tidak berbuat apa-apa.
Jika belaskasih itu diwujudkan dalam tindakan yang tepat bisa jadi kita akan merubah sebuah kehidupan.
Di balik lima roti dan dua ikan,
Tuhan mengajarkan tentang belaskasihan.
Kasih yang nyata ada dalam tindakan.
Dengan kasih kita tanamkan kebaikan.
Cawas, bahagia bisa berbagi…