Puncta 15.04.22
Jum’at Agung
Yohanes 18: 1- 19:42
MASIH berseliweran di medsos gambar dan berita tentang pengeroyokan dan penganiayaan Ade Armando di depan Gedung DPR.
Polisi sedang mengejar para pelaku penganiayaan. Sedang diusut juga siapa pemicu peristiwa yang brutal dan biadab itu.
Tiada angin, tiada badai. Dua emak-emak berteriak-teriak “buzzer, munafik…pengkhianat..!!
Kemudian orang-orang merangsek dan memukuli Ade Armando tanpa sadar bahwa bulan ini Bulan Puasa. Bulan untuk mengendalikan diri. Bulan penuh ampunan.
Di tengah tindakan bengis ada seorang pemuda yang berusaha melindungi Ade Armando, kendati dia kena bogem mentah juga.
Namanya adalah Belmondo Scorpio. Dia hadir saat Ade Armando membuat konten video bersama crew-nya.
Ketika massa menyerang Ade, Belmondo melindungi dan merangkulnya. Sebuah tindakan heroik dalam situasi yang amat sulit.
Ia berani merelakan keselamatannya sendiri di tengah amuk massa tak terkendali. Belmondo tak memikirkan dirinya.
Setelah Ade diselamatkan polisi, anak muda ini senyap tiada beritanya.
Keributan terjadi di Taman Getsemani. Yesus dikeroyok dan ditangkap dengan kode sandi “ciuman sahabat.”
Dari ciuman berubah drastis menjadi pukulan, pengeroyokan bengis. Petrus berusaha membela, namun Yesus menegurnya.
“Sarungkan pedangmu. Bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?”
Yesus digelandang ke rumah Kayafas, imam besar. Dia dicemooh, dihina, disiksa dan diolok-olok.
Sepanjang malam dilucuti, diberi jubah ungu, dimahkotai duri. Tiada henti mereka melampiaskan kebencian dan kemarahan.
Siang hari kemudian, Dia diadili oleh rakyat yang buas. Mereka mengepung gedung pengadilan Pilatus dan berteriak-teriak “Salibkan Dia. Salibkan Dia.”
Mereka itu seperti gerombolan kera yang lapar menemukan ladang kacang.
Di tengah perjalanan memikul salib dan penganiayaan bertubi-tubi, ada tindakan heroik yang dilakukan Simon dari Kirene.
Ia ikut memikul salib Yesus. Juga ada wanita lemah bernama Veronika, mengusap wajah-Nya yang berlumuran darah dan debu.
Mereka berdua tidak menyayangkan keselamatannya. Suara hatinya tergerak oleh belas kasihan untuk menolong yang lemah dan menderita.
Ada pula yang secara sembunyi-sembunyi berbuat untuk menolong, yakni Yusuf dari Arimatea. Juga Nicodemus yang membawa minyak mur dan gaharu untuk memburat jenasah Yesus.
Di tengah masyarakat kita ini sedang tersimpan dendam dan kebencian antar kelompok. Bahaya laten kita adalah perpecahan.
Kalau tidak hati-hati, ada kasus kecil saja bisa meledak menghancurkan semuanya. Radikalisme itu nyata ada di depan kita.
Agama yang seharusnya membawa kesejukan dan kedamaian, sedang ditunggangi oleh nafsu kebencian dan pemecah belah.
Dibutuhkan orang-orang seperti Belmondo, tukang Ojol yang baik hati atau Simon dari Kirene, Veronika, Yusuf Arimatea atau Nikodemus.
Tuhan menyentuh hati kita untuk membela yang benar dengan semangat kasih dan kejujuran.
Peristiwa Jum’at Agung ini mengajak kita menebar kerukunan dan damai, persatuan dan saling menghormati.
Jangan mudah menggunakan agama untuk menghukum orang tak bersalah seperti kaum Parisi.
Perbedaan harus diterima sebagai kekayaan yang saling melengkapi.
Anda bisa mengagumi pelangi, mengapa tidak bisa mengagumi warna-warni kehidupan di bumi?
Bersepeda ria bersama teman di pagi hari.
Memandang sawah yang luas hamparan padi.
Tidak ada yang lebih indah selain mengasihi.
Tidak ada yang lebih damai selain mengampuni.
Cawas, mengasihi tanpa batas….