HARI ini, kita merenungkan perikop pendek dari injil Matius 13: 44-46. Isinya tentang Kerajaan Surga yang diumpamakan sebagai harta terpendam di ladang (Mat 13: 44) dan mutiara yang sangat berharga (Mat 13: 46).
Yang pertama terpendam dan ditemukan; yang kedua dicari dan ditemukan. Orang yang menemukannya bersukacita dan menjual segala miliknya untuk membeli harta atau mutiara itu.
Perumpamaan itu menegaskan bahwa Kerajaan Surga itu sesuatu yang amat berharga; bahkan paling berharga. Untuk memperolehnya orang mesti menjual seluruh miliknya. Hanya bisa dimiliki dengan melepaskan seluruh hidupnya.
Kerajaan Surga itu sudah berada dalam hidup kita. Malahan kita juga berada di dalamnya.
Bukankah tanda konkret kehadiran-Nya adalah Yesus Kristus? Bukankah Kristus meresapi seluruh realitas, karena semua diciptakan dalam Dia (Yoh 1:3; Ef 2: 10 Kol 1: 16)? Bukankah semua yang dibaptis sudah bersatu dan berada dalam Dia (Rm 6: 3)?
Pertanyaannya, mengapa orang masih perlu mencari dan menemukannya?
Jawabannya pararel dengan kenyataan berikut. Kita ini sudah manusia, tetapi masih perlu menjadi manusia. Orang bilang pendidikan itu proses memanusiakan manusia.
Ada pula yang berkata bahwa dia sedang mencari kehidupan. Bukannya dia sudah hidup? Untuk apa masih mencarinya?
Kerajaan Surga atau Kerajaan Allah memang sudah hadir dan orang sudah berada di dalamnya. Namun, orang masih perlu terus menyadari dan meyakininya.
Lebih dari itu, orang dituntut siap melepaskan segalanya untuk memiliki dan mengambil bagian di dalamnya.
Jangan sampai segala tipu daya hidup ini memukau manusia sedemikian hingga dia melupakan nilai tertinggi kehidupan ini, yakni Kerajaan Surga.
Rabu, 27 Juli 2022
Hari ini Ordo Karmel memperingati Santo Titus Brandsma, imam dan martir. Dia adalah Karmelit Belanda yang dibunuh di kamp konsentrasi Dachau, Jerman pada 26 Juli 1942, karena membela iman dan kebenaran.
