Berani Bersikap dan Mengatakan yang Benar

0
412 views
Akulah Jalan dan Kebenaran dan Hidup by https://www.crosswalk.com/

Senin, 29 Agustus 2022

Wafatnya St. Yohanes Pembaptis

  • Yer. 1:17-19.
  • Mzm. 71:1-4.5-6b.17;R:15a.
  • Mrk. 6:17-29.

KITA sering kali dihadapkan pada masalah dan cobaan yang silih berganti, kita dapat meresponnya dengan sikap positif dan negatif.

Kita dapat menjadikan masalah sebagai peluang untuk menjadi lebih baik atau malahan sebagai alasan untuk menyalahkan orang lain.

Salah langkah dalam mengatasi masalah seringkali membawa kita pada permasalahan dan kesulitan baru.

Suatu hari saya mengunjungi umat yang harus merelakan anaknya masuk penjara karena terlibat dalam kekerasan dalam rumahtangga.

Anaknya terpaksa dilaporkan ke polisi oleh bapak ibu yang saya kunjungi itu, karena mereka sudah tidak tahu lagi bagaimana mengingatkan anaknya dan merasa kasihan dengan menantunya yang sering disakiti.

Menantunya melarang bapak dan ibu itu melapor ke polisi, karena dia takut suaminya akan lebih marah lagi.

Namun bapak dan ibu itu tetap melaporkan anaknya demi melindungi jiwa dan raga menantunya.

Tabiat anaknya menjadi liar dan sering tak terkontrol karena suka judi dan minum-minuman keras hingga mabuk.

Bapak dan ibu itu merasa gagal dan malu dengan perilaku anaknya, bahkan untuk hidup anaknya itu tergantung dari usaha dan kerja menatunya. Itu pun tidak disyukuri malah punya sikap dan perilaku yang kasar.

Memang anaknya kesulitan dalam membangun usaha dan bahkan mencari pekerjaan tetapi melarikan diri ke judi dan minum adalah sikap yang bodoh dan tidak bertanggung jawab.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

Yohanes pernah menegur Herodes: “Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!”

Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat,

sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya.”

Kematian Yohanes Pembaptis adalah sebuah peristiwa yang dilakukan dengan cara yang begitu kejam.

Bayangkan, kepalanya dipenggal di dalam penjara oleh karena ia pernah menegur Herodes, karena ia merampas Herodias, isteri Filipus, saudaranya dengan berkata, “Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu.”

Mungkin di antara kita ada banyak orang yang kurang berani mengatakan kebenaran.

Supaya orang lain tidak sakit hati, kita memilih membiarkan hal-hal yang tidak benar. Supaya hubungan tetap nyaman kita memilih diam dan tidak mencampuri keputusan dan perbuatan orang lain yang salah.

Bahkan, ada yang memegang prinsip, “Lebih baik berbohong atau diam, daripada mengatakan kebenaran tapi akhirnya malah dibenci” karena itu, kita akan “terkesan” orang baik, karena tidak banyak mengkritik dan menasihati.

Menjadi seorang pengikut Yesus mestinya berani berkata benar. Dikucilkan, diremehkan dan diacuhkan di kalangan masyarakat atau di tempat kerja adalah risiko seorang yang berjuang demi mewartakan kebenaran.

Barangkali lebih baik kita mempunyai sedikit teman tapi mengatakan kebenaran, daripada kita mempunyai banyak teman tetapi mengatakan kebohongan dan mendiamkan kebenaran.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku berani menyatakan kebenaran meski resikonya keluarga atau orang terdekat harus bertanggungjawab atas perilaku mereka?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here