Puncta 07.11.22
Senin Biasa XXXII
Lukas 17: 1-6
SANTO Yohanes Paulus kedua pernah ditembak di Lapangan St. Petrus Vatikan, ketika sedang berkeliling dengan mobil untuk menyapa para peziarah yang berdoa Angelus bersama.
Namun setelah sembuh dari operasi pengangkatan peluru, Bapa Suci langsung pergi ke penjara mengunjungi si penembak. Beliau berbicara empat mata dan mengampuni dengan tulus si pembunuh itu.
Tidak mudah mengampuni orang yang sudah melukai hati kita, apalagi dia yang mengarah kematian kita.
Hari-hari ini kita bisa ikut merasakan bagaimana Mama Brigadir Josua berhadapan dengan orang-orang yang membunuh anaknya.
Tetapi sesulit apa pun, mengampuni adalah cara dan obat untuk menyembuhkan diri dari luka batin yang membebani.
Mengapa kita harus mengampuni? Ada beberapa alasan;
Pertama, pengampunan adalah anugerah paling indah untuk diri kita. “Hal termulia yang bisa kita berikan kepada diri kita sendiri adalah pengampunan” kata Maya Angelou.
Mengampuni itu seperti ‘melepaskan ikan yang tersangkut di kail atau jala’. Mengampuni berarti melepaskan diri dari kail dendam, benci, kecewa, marah, sakit hati.
Dengan pengampunan, orang dilepaskan dari beban hidup yang maha berat.
Kedua, pengampunan adalah sebuah daya, power atau kekuatan. “Orang lemah tidak mau mengampuni. Mengampuni adalah karakter orang kuat,” kata Mahatma Gandhi.
Mengampuni orang lain bukan berarti kita lemah atau hina. Mengampuni adalah tanda bahwa kita kuat, karena hanya orang kuat yang memilih untuk menjadi bahagia lewat tindakan pengampunan, kendati hal itu berat.
Ketiga, pengampunan adalah tanda kasih. “Orang yang tidak mampu untuk memaafkan adalah orang yang tidak mampu untuk mengasihi,” kata Martin Luther King.
Ada hal yang baik di dalam keburukan dan ada hal jahat di dalam kebaikan. Buanglah racun negatif yang ada di dalam kebaikan dan keutamaan hidup. Caranya adalah dengan mengampuni.
Yesus berkata, “Jagalah dirimu. Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau dia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau dia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali dia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia.”
Para rasul menyadari bahwa hal mengampuni itu sesuatu yang berat. Maka mereka meminta kepada Tuhan untuk menambahkan imannya. “Tambahkanlah iman kami” pinta mereka.
Tanpa iman yang kuat tidaklah mudah untuk mengampuni. Hanya orang-orang yang imannya mendalam dan kuat, mereka dapat mengampuni kesalahan sesamanya.
Ada banyak manfaat kita dapatkan jika kita mampu mengampuni. Kita memberi diri kita hidup dengan ringan tanpa beban. Dengan mengampuni kita akan menjadi pribadi yang semakin kuat.
Pengampunan juga membuat hidup kita menjadi damai. Semakin banyak mengampuni maka semakin damai juga kehidupan kita.
Dengan mengampuni kita juga akan diampuni. Ini adalah hukum alam yang sangat normal. Kalau kita memberi, kita akan diberi, begitu pula kalau kita berani mengampuni, kita juga akan diampuni.
Ke Kaliurang ikut pertemuan reuni,
Bergembira bersama saudara-saudari.
Marilah kita belajar terus mengampuni,
Agar hidup kita damai tentram di hati.
Cawas, damai dengan mengampuni…