Beras Mahal, Siapa Salah?

1
322 views
Ilustrasi: Lahan persawahan dengan bulir-bulir padi yang sudah tua menguning di wiayah permukiman penduduk di Paroki Nanga Mahap, Keuskupan Sanggau, Kalbar. (Sr. M. Ludovika OSA)

Puncta 23 Maret 2024
Sabtu Prapaskah V
Yohanes 11:45-56

BEBERAPA waktu setelah pemilu selesai, masyarakat dihadapkan pada situasi kelangkaan beras, yang mengakibatkan harga beras menjadi mahal. Harga beras premium melonjak naik dari Rp 15.900 menjadi Rp 16.270 per kg. Sedangkan harga beras medium dari Rp 13.950 menjadi Rp 14.230 per kg.

Dikawatirkan menjelang Hari Raya Lebaran, harga-harga semakin melambung karena komsumsi masyarakat bertambah. Situasi ini ditanggapi beragam. Ada yang menyalahkan cuaca El Nino. Banyak daerah kebanjiran sehingga petani gagal panen.

Kita mudah sekali mencari kambing hitam untuk menyalahkan pihak lain dan tidak mau mengakui kegagalannya.

Murid atau mahasiswa gagal ujian, yang disalahkan soal ujian tidak sesuai dengan yang dipersiapkan. Karyawan menyalahkan pimpinan yang dianggap terlalu disiplin dan mempersulit pekerjaannya.

Cara paling mudah untuk menimpakan kegagalan adalah dengan menyalahkan orang lain. Sejak kecil kita sudah dibiasakan bertindak demikian. Kalau ada anak kecil jatuh, yang disalahkan adalah batunya, bukan anaknya yang tidak berhati-hati. Orangtua akan marah dan memukuli batu. Anaknya menangis agar tidak disalahkan.

Inilah pola perilaku mencari kambing hitam. Harus ada yang disalahkan sebagaimana Adam menyalahkan Hawa dan hawa menyalahkan ular yang membuat mereka jatuh dalam dosa.

Setelah Yesus membangkitkan orang mati yaitu Lazarus, makin banyaklah orang yang percaya dan mengikuti-Nya. Hal ini menimbulkan ketakutan bagi para imam kepala dan ahli Taurat.

Mereka takut kehilangan pengikut dan kredibilitasnya di tengah umat. Situasi ini bisa menimbulkan huru hara dan penjajah Roma akan menumpas mereka.

Harus ada yang disalahkan. Kayafas mengemukakan gagasannya untuk mencari kambing hitam. Ia berkata dalam sidang mahkamah agama, “Kamu tidak tahu apa-apa! Kamu tidak insaf bahwa lebih berguna bagimu jika satu orang mati untuk bangsa kita daripada seluruh bangsa kita ini binasa.”

Yesus dipersalahkan karena bisa menimbulkan huru hara dan keributan di masyarakat. Yesus dikurbankan agar kekuasaan mereka tetap aman dan kepercayaan rakyat tetap terjaga. Berita hoax dirancang. Yesus dituduh memobilisir perlawanan politik melawan kaisar. Masalah agama dialihkan ke soal politik.

Apakah kita juga suka mencari kambing hitam jika menghadapi suatu kegagalan? Suka menyalahkan orang lain yang mengakibatkan kita terpuruk, kalah, jatuh dan menderita?

Ataukah kita berani bertanya pada diri sendiri, apa yang salah dengan diriku sehingga aku mengalami gagal dan jatuh seperti ini? Dan tidak mudah menimpakan kesalahan pada orang lain?

Main layang-layang di pinggir lapangan,
Benangnya putus dibawa terbang ke awan.
Sangat mudah mencari biang kesalahan,
Daripada menemukan nilai-nilai kebenaran.

Cawas, cari sate kambing, jangan kambing hitam…
Rm. A. Joko Purwanto Pr

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here