Berbagi Damai

0
252 views
Cantelan: Aksi berbagi untuk sesama bersama teman-teman. (Dok. Pribadi)

Renungan Harian
Senin, 2 Agustus 2021

Bacaan I: Bil. 11: 4b-15
Injil: Mat. 14: 13-21
 
“WAN, sudah seminggu ini aku kehilangan nafsu makan. Dan malas untuk melakukan apa-apa. Rasanya, duniaku menjadi sepi nyenyet (sepi sekali). Aku juga gak ngerti harus berbuat apa,” seorang teman berkeluh lewat telepon.

Teman saya ini dalam dua pekan saja sudah kehilangan kedua orangtua dan isterinya.

Sementara, ia harus tinggal terpisah dari dua orang anaknya yang masih SMA dan SMP yang sekarang harus melakukan isoman di rumahnya dijaga asisten rumah tangganya.

“Kamu harus sehat dan tetap kuat dab (mas). Anak-anak membutuhkan dirimu yang sehat dan kuat.

Sedih, marah dan nangis gak apa-apa, itu manusiawi dab. Kalau mau cerita-cerita telepon aja aku tidak terganggu,” jawabku.

“Nuwun Wan. Kalau tidak ingat anak-anak, mungkin aku sudah bunuh diri,” jawabnya.
 
“Wan, aku stres ini, aku baru mau leyeh-leyeh dapat telepon kalau bosku positif Covid-19. Padahal tadi aku habis ngobrol setengah hari dan makan bareng dia.

Aku pulang kantor tadi habis mandi langsung main sama anak-anak dan isteriku. Wah puyeng (pusing), pecah dhasku (kepala serasa mau pecah). Aku muter-muter cari vitamin susah setengah mati,” seorang kawan lain bercerita lewat telepon.

“Waduh, semoga tidak terpapar dan semua sehat ya. Kalau tidak dapat vitamin, coba besok pagi aku bantu cari,” jawabku.
 
Kisah dua teman itu hanyalah sepenggal dari banyak kisah yang terjadi di antara kita. Banyak orang mengalami kesepian panjang, panjang orang mengalami stres, bingung, khawatir dan resah.

Saya membayangkan kisah Yesus menggandakan roti dan memberi makan lima ribu orang bukan kisah orang yang lapar di tempat yang sunyi.

Tetapi kumpulan orang-orang yang mengalami duka yang mendalam, kesunyian panjang yang tidak jarang membawa pada keputusasaan, orang-orang yang stres, bingung, khawatir dan cemas.

Ketika aku berpikir agar mereka pergi mencari penghiburan sendiri Tuhan mengatakan: “Kamu harus memberi mereka makan”, apa yang harus aku perbuat?
 
Kiranya apa yang bisa dibuat adalah berbagi damai dengan cara berani memberi diri untuk memberikan perhatian lewat sapaan, dukungan dan kesediaan untuk mendengarkan.

Pasti aku tidak akan bisa mengubah keadaan yang sedang dialami oleh saudara-saudaraku, mungkin juga apa yang aku bagikan tidak berarti banyak tetapi bukankah Tuhan bisa menjadikan lima roti dan dua ikan untuk makan lima ribu orang laki-laki belum termasuk perempuan dan anak-anak.

Kiranya yang penting adalah kesediaan dan kerelaanku untuk memberikan diri bagi saudara-saudaraku bukan soal jumlah dan kehebatan yang kuberikan.

Tuhan yang akan menjadikan semua menjadi luar biasa.
 
Bagaimana dengan aku?

Adakah kesediaan dan kerelaanku untuk berbagi?
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here