Kamis, 6 Januari 2022
1Yoh. 4:19-5:4.
Mzm: 72:1-2.14.15bc.17. Luk. 4:14-22a
TINDAKAN kita selalu menggambarkan apa yang sedang hidup di dalam hati kita.
Semakin baik dan jernih hati ini, semakin orang lain akan merasakan daya kehangatannya.
Namun, jika hati kita sedang diwarnai gemuruh niat jahat tengah mencari keinginannya sendiri, maka akan tersebar aneka konflik yang merugikan banyak orang.
“Romo, saya ingin mengintensikan arwah seorang ibu, tetangga saya,” kata seorang bapak.
“Dia orang yang sangat baik dan bagi kami para tetangganya dia adalah orangtua bagi kami semua,”lanjutnya
“Selama hidupnya, dia sangat memperhatikan anak-anak dan selalu berbagi apa yang dia miliki anak-anak dan dengan para tetangga,” ujarnya.
“Dia memilih hidup sendiri, tidak menikah. Untuk menghidupi dirinya, dia berjualan makanan kecil,” lanjutnya.
“Menjadi kebiasaan baginya untuk memberikan dagangan yang belum terjual pada anak-anak di sore hari,” katanya.
“Mengapa selalu dibagi pada anak-anak dagangan yang masih ada, bukannya besok masih bisa dijual lagi,” kata tetangga kepadanya suatu hari.
“Makanan itu menjadi berkah untuk anak-anak dan rezeki mereka, berkah dan bagian saya juga sudah saya terima juga,” sahutnya waktu itu.
“Berbagi kasih kepada anak-anak dan orang lain, adalah niat hati dan menjadi bagian hidup ibu itu.
Dia menunjukkan kepada kami tentang kebaikan, tidak rakus dan ambisius, dan menjadi pribadi yang tidak hanya mementingkan kepentingan diri sendiri,” ujarnya.
“Mengenal ibu itu, kami merasa adanya kuasa Roh Allah yang menjamin dan mengarahkan hati seseorang akan kehendak Allah,” katanya lagi.
Dalam bacaan Injil hari ini, kita dengar demikian.
“Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.”
Tuhan Yesus mewujudkan kasih Bapa-Nya secara nyata di dunia.
Sangat Yesus menjalankan misi-Nya didasarkan pada pengalaman-Nya akan kasih Bapa yang tanpa syarat dan tanpa pamrih yang telah diterima-Nya.
Yesus mengajari kita tentang kasih Bapa, tidak hanya bersifat doktrinal teoretis saja.
Dia menunjukkan kepada kita secara konkret dan nyata, dalam mengungkapkan kasih Bapa; melalui mukjizat yang Dia lakukan, terutama mukjizat penyembuhan dan pengusiran terhadap roh-roh jahat.
Dia juga menunjukkan belas kasihan dan pengampunan Bapa melalui makan bersama dan menerima orang-orang berdosa, para pemungut pajak, dan mereka yang terpinggirkan.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku mau berbuat baik kepada sesama?