KETIKA pandemi Covid-19 mulai melanda dunia, Presiden Jokowi segera memesan vaksin ke para produsennya. Feeling beliau, itulah langkah preventif yang paling tepat dan strategis.
Hasilnya amat bermanfaat. Sebagian besar rakyat selamat. Seandainya waktu itu beliau sibuk menanggapi komentator negatif yang rajin nyinyir, momentum yang membawa selamat tentu lewat. Bisa jadi ratusan ribu rakyat jadi mayat.
“Lebih baik mencegah dari pada mengobati” memang strategi yang efektivitasnya tinggi. Itu berlaku bukan hanya di bidang kesehatan, melainkan juga dalam hidup rohani.
“Berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang. Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.” (Matius 24: 42-43).
Selanjutnya, Tuhan menyampaikan tentang dua macam hamba. Yang pertama berjaga-jaga (Matius 24: 46-47) dan yang kedua sembrono (Matius 24: 48-51).
Yang pertama akan diijinkan mengurus harta milik-Nya (Matius 24: 47). Masuk ke dalam kebahagiaan abadi bersama Tuhan. Sedang hamba yang jahat akan dihukum bersama orang-orang munafik (Matius 24: 51). Maknanya, mereka yang tidak setia kehilangan sukacita bersama Tuhan dalam hidup abadi.
Dua hamba itu melambangkan orang- orang yang telah mengikuti Tuhan Yesus. Kendati kedatangan kembali Tuhan untuk kedua kalinya tidak dapat diprediksi, mereka tetap setia menghayati imannya.
Sebaliknya, hamba jahat itu menggambarkan orang yang di tengah waktu menanti kedatangan-Nya tidak setia menghayati imannya.
Baik dalam hal hidup duniawi maupun hidup surgawi orang perlu bersikap antisipatif. Kebijakan Presiden Jokowi bisa menjadi inspirasi.
Sedang ajaran dari Tuhan Yesus menjadi pelajaran paling berharga. Maka, berbahagialah yang berjaga.
Kamis, 25 Agustus 2022