Selasa, 8 Februari 2022
- 1Raj. 8:22-23.27-30.
- Mzm: 84:3.4.5.10.11.
- Mrk. 7:1-13
ORANGTUA kita selalu mencurahkan kasih sayang kepada anak-anaknya, sejak kita masih di dalam kandungan hingga beranjak menjadi dewasa.
Namun tetap saja banyak anak yang kurang menyadari peran dan kasih sayang bapak-ibunya.
Banyak anak membangkang, bahkan bersikap durhaka terhadap orangtuanya sendiri.
“Saya sempat frustasi menghadapi suamiku yang kurang menghargai keluargaku, khsususnya bapak-ibuku,” kata seorang ibu.
“Setelah menikah, suamiku membatasi hubunganku dengan kekuarga; khususnya dengan orangtuaku,” katanya lagi.
“Saat ibuku sakit, aku berusaha untuk menemui ibuku, meski secara sembunyi-sembunyi, karena jika suamiku tahu, dia akan marah padaku,” lanjutnya.
“Sedangkan suamiku sangat perhatian kepada bapa- ibunya yang ikut dengan kami,” katanya lirih.
“Suamiku bersikap tidak adil soal berbakti dan memberi perhatian kepada orangtua kami masing-masing,” ujarnya.
“Kalau kepada keluarga besarnya khususnya oran tuanya, dia sangat berbakti. Tetapi kepada orangtuaku tidak sama sekali. Dan saya dipaksa untuk mengikuti sikapnya,” ujarnya lagi.
“Baginya, keluarganya yang terbaik dan harus mendapatkan perhatian yang super premium,” katanya.
“Saya pernah memprotes sikapnya ini, tetapi dia malah marah. Dan malah mengatakan bahwa kita bisa hidup berkecukupan, karena pengurbanan ayah-ibunya hingga dia bisa kuliah dan kerja yang baik. Bukan dari ayah dan ibuku,” lanjutnya.
“Sejak saat itu, saya hanya diam dan menelan semua kekecewaan,” ujarnya.
“Suamiku tidak memikirkan bahwa orangtuaku pun berkurban banyak untuk hidupku. Bahkan saya tidak usah bekerja juga atas kesepakatan bersama dengan suamiku. Karena sebelum menikah, saya pun sudah bekerja di kantor,” lanjutnya.
“Hingga suatu hari, ketika ada saudaranya mengelapkan mobil dan meminjam uang tabungan kami, lalu tidak bisa menggembalikan, suamiku merasa gagal dan tidak angkuh lagi dengan keluargaku dan juga terhadap bapak ibuku,” ujarnya lagi.
“Keluargamu sederhana, namun punya hati yang jujur dan tulus. Bapak-ibumu sungguh orang baik dan memberi contoh yang baik. Begitu kata suamiku, ketika pulang dari mengunjungi orangtuaku,” kenang ibu itu.
“Saya bersyukur akhirnya saya punya kesempatan berbakti pada ayah ibuku, dan yang paling membahagiakan suamiku pun menghargai dan menaruh hormat pada orangtuaku,” katanya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu. Dan Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati.”
Orangtua bukanlah sosok yang sempurna, selama menjalankan kehidupannya, banyak perbuatan yang telah dilakukan, entah perbuatan baik atau tidak baik.
Dalam ketidaksempurnaan itu, mereka berusaha dengan segenap kemampuan, mengasuh, mendidik serta memelihara kita agar menjadi anak yang baik.
Mereka memiliki harapan dan menginginkan anaknya menjadi orang yang sukses, dipenuhi dengan kebahagiaan dan keharmonisan di dalam kehidupan ini.
Mereka tidak menginginkan yang di luar batas kemampuan anaknya.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku anak yang berbakti pada orang tuaku?