Selasa, 7 Februari 2023
- Kej. 1:20-2:4a.
- Mzm. 8:4-5,6-7,8-9.
- Mrk. 7:1-13.
BAPAK dan ibu merupakan pribadi yang sangat penting dalam hidup kita.
Mereka yang dipercaya Tuhan merawat dan membesarkan kita hingga kita dapat melakukan berbagai hal secara mandiri.
Mereka melakukan pendampingan dengan penuh kasih dan tidak pernah meminta balasan ketika memberikan kasih sayangnya kepada kita.
Mereka adalah orang yang pertama akan bersorak gembira, ketika kita berhasil dan orang yang pertama memberi dukungan manakala kita gagal.
Namun tidak sedikit dari antara kita -karena tuntutan dunia kerja- lalai, meski hanya sekadar menyapa mereka.
Padahal rasa sayang yang kita berikan kepada mereka merupakan satu di antara cara kita membalas berbagai perbuatan baik yang telah mereka berikan.
Walau hanya sekadar memeluk atau mengajak mereka berbincang, orangtua akan merasa senang, karena hal tersebut sebagai wujud perhatian dan kepedulian kita kepada mereka.
Seorang bapak syering tentang orangtuanya.
“Meski sejak saya berada di bangku SMP, ibu dan bapak saya memutuskan berpisah, mereka tetap berusaha merawat kami dengan baik,” katanya.
“Karena suatu sebab yang tidak bisa lagi disatukan, ibu dan bapakku berpisah dan hidup sendiri-sendiri,” ujarnya.
“Mereka tidak menikah lagi atau punya pasangan baru, mereka tetap sendiri masing-masing,” lanjutnya.
“Saya dan adik saya, tinggal bersama ibu, sedangkan bapak tinggal di kota lain,” sambungnya.
“Bapak dan ibu komitmen terhadap pendidikan dan masa depan kami, mereka tidak pernah mengurangi sedikit pun kasih saya dan perhatian kepada kami,” paparnya.
“Meski saya tahu itu sulit, namun mereka menekan ego mereka dan mau saling komunikasi dan bahkan mengalah demi kami,” sambungnya.
“Saya salut dan menghargai pengorbanan dan perjuangan orangtua kami, demi hidup dan masa depan kami,” tegasnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati.
Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban -yaitu persembahan kepada Allah-,maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatupun untuk bapanya atau ibunya.”
Mengasihi orangtua adalah suatu perintah yang sangat penting bagi Allah.
Begitu pentingnya sampai masuk sebagai perintah ke-5 dari Sepuluh Hukum Allah.
Namun, pada zaman Tuhan Yesus, tampaknya berlaku suatu adat istiadat di mana bila seseorang sudah memakai uangnya untuk membeli hewan korban bagi Allah, maka ia tidak terikat kewajiban untuk merawat orangtuanya sendiri.
Hal ini ditentang keras oleh Tuhan Yesus.
Bagi-Nya, orang yang terlihat saleh dalam menjalankan ibadah agamawi tetapi menelantarkan orangtua adalah orang yang telah melanggarkan perintah Allah.
Tidak ada gunanya berlaku murah hati dan dermawan dengan orang lain, namun tidak peduli dan perhatian kepada orangtua sendiri.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku menyayangi dan memperhatikan orangtuaku?