Berbeda

0
159 views
Ilustrasi - Anak-anak muda kumpul.

Renungan Harian
Sabtu, 23 Juli 2022
Bacaan I: Yer. 7: 1-11
Injil: Mat. 13: 24-30
 
SEKELOMPOK anak muda yang sering nongkrong di cakruk (Pos Ronda) pinggir kampung selalu menjadi pembicaraan orang-orang kampung. Mereka menjadi pembicaraan orang-orang kampung karena mereka sering minum-minum dan merokok di situ; belum lagi suka mengganggu kalau ada anak gadis yang lewat.

Berkali-kali gerombolan anak muda itu ditegur, tetapi mereka bukannya membubarkan diri tetapi hanya berpindah  tempat. Di tempat yang baru mereka juga melakukan kegiatan yang sama.
 
Pembicaraan orang-orang kampung menjadi lebih sengit, karena dua orang anak muda yang ikut nongkrong adalah anak dari tokoh kampung itu. Satu anak adalah anak pak guru dan satu lagi adalah anak juragan helaran (penggilingan padi). Kedua orang tua itu dihormati dan disegani warga kampung, karena kebaikan dan banyak membantu warga.

Meski orang-orang kampung itu hormat dan segan dengan dua orang tokoh itu, tetapi mereka tidak lepas membicarakan dua tokoh itu karena anaknya. Orang kampung membicarakan kedua tokoh itu, karena seolah-olah tidak peduli dengan anaknya yang ikut nongkrong dengan anak-anak yang suka mengganggu itu.

Mereka yang agak sinis mengatakan bahwa kedua tokoh itu terlalu memanjakan anaknya sehingga kalah dan tidak bisa mendidik anaknya. Menurut orang-orang kampung kedua tokoh itu seperti tidak peduli dengan anaknya yang ikut nongkrong.

Sikap kedua tokoh itu membuat heran orang-orang kampung.
 
Namun di balik omongan sinis orang kampung tentang dua anak tokoh yang ikut nongkrong ada juga omongan yang bernada positif. Orang-orang kampung mengakui bahwa dua anak itu berbeda dengan anak-anak yang nongkrong.

Dua anak itu tidak pernah terlihat oleh orang kampung ikut minum, merokok atau menggoda anak gadis yang lewat. Dan lagi menurut orang kampung kedua anak itu sikapnya sopan dan tutur katanya juga halus. Akan tetapi tetap saja orang kampung membicarakan bahwa kedua anak itu pasti akan terpengaruh oleh anak-anak yang suka nongkrong itu.
 
Setelah beberapa tahun berlalu orang kampung berubah pandangan dengan kedua anak tokoh kampung itu. Karena kedua anak itu ternyata bisa melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi negeri di kota. Orang kampung melihat bahwa kedua anak itu ternyata tidak terpengaruh oleh anak-anak nongkrong, kedua anak itu tetap menjadi anak yang “baik”, sopan, tutur bahasanya bagus dan selalu hormat dengan orang lain.

Karena sikap kedua anak itu maka orang kampung menjadi berbalik memuji kedua tokoh itu sebagai orang yang hebat karena mampu mendidik anaknya dengan luar biasa.

Kedua tokoh itu dianggap mampu memberikan bekal yang kuat pada anaknya sehingga meski bergaul dengan anak-anak yang dianggap “pengganggu” tetapi tidak terpengaruh oleh mereka. Hal itu menjadikan orang kampung semakin hormat dan segan dengan kedua tokoh itu.
 
Kiranya pengalaman dua anak tokoh itu seperti perumpamaan dalam sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Matius: “Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu  kalian mencabut lalangnya. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai tiba.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here