Berbuat baik rupanya tak hanya menentramkan jiwa tetapi juga membuat fisik kita sehat. Beberapa tahun belakangan ini ada beberapa penelitian yang mendukung gagasan bahwa mengembangkan sikap kasih dan peduli akan kesejahteraan orang lain atau dalam bahasa Inggrisnya “doing good” atau berbuat baik berdampak positif pada kesehatan.
Salah satu penelitian mengenai altruisme yang cukup lengkap dilakukan oleh Allan Luks dan didokumentasikan dalam sebuah buku yang terbit tahun 1991 berjudul The Healing Power of Doing Good: The Health and Spiritual Benefits of Helping Others. Luks adalah mantan direktur eksekutif dari The Institute for the Advancement of Health dan juga eksekutif direktur dari Big Brothers/Big Sisters of New York City.
Penelitian yang dilakukan Luks melibatkan setidaknya 3000 sukarelawan dari segala umur di lebih dari 20 organisasi yang tersebar di Amerika Serikat. Luks mengirimkan 17 pertanyaan kepada para sukarelawan ini dan menanyakan apa yang mereka rasakan ketika melakukan perbuatan baik itu. Sekitar 3296 survei kembali ke Luks.
Setelah dianalisa, Luks melihat dengan jelas hubungan sebab akibat antara menolong orang lain dan tingkat kesehatan. Singkatnya, Luks menyimpulkan “menolong orang lain, memberi sumbangan bagi terpeliharanya kesehatan kita dan ini dapat mengurangi efek penyakit dan kekacauan serius maupun ringan, baik secara psikologis maupun fisik.”
Para sukarelawan ini ternyata bersaksi bahwa mereka merasakan aliran gairah eforia yang diikuti dengan periode rasa tenang dan bahagia setelah menjalankan aktivitas sosial. Perasaan ini, yang disebut Luks sebagai “helper’s high” melibatkan sensasi-sensasi yang sangat kuat mengindikasikan adanya penurunan tingkat stres dan melepaskan pembunuh rasa sakit alamiah dalam tubuh yang disebut endorphin.
Awal munculnya gairah ini kemudian diikuti dengan periode kondisi emosional yang sangat tenanga dalam waktu yang cukup lama Penurunan tingkat stres ini bagi para sukarelawan dianggap sebagai sesuatu yang sangat penting bagi meningkatnya kesehatan mereka. Faktanya, lebih dari 90 persen sukarelawan ini melaporkan keadaan ini.
Sistem kekebalan
Lebih dari itu Luks menyatakan “Pada titik ini kita mesti memahami bahwa berbedanya status pikiran sangat memengaruhi sistem kekebalan tubuh,” Kita tahu sistem imun merupakan senjata tubuh dalam melawan tumbuhnya tumor.
Namun, dalam penelitian ini belum ada bukti yang memadai bahwa ada hubungan antara kebiasaan berbuat baik ini dengan kemampuan tubuh dalam mencegah atau bahkan melawan kanker yang tumbuh dalam diri seseorang.
Di sisi lain, ternyata ada juga penelitian-penelitian yang membuka jalan ke arah kemungkinan pencegahan kanker. Kebiasaan berbuat baik, menurut penelitian ini disebutkan mampu mengondisikan seseorang berada dalam emosi yang stabil dan mengurangi stres, dengan demikian memperlambat pertumbuhan kanker.
Penelitinya Sandra Levy menemukan bahwa kegembiraan yang penuh bagi para wanita penyandang kanker payudara sangat bermanfaat karena memampukan para wanita ini bertahan hidup. Membantu orang lain meningkatkan rasa bahagia dan mengurangi perasaan sendirian yang mengakibatkan seseorang menjadi tidak sehat. Jadi, mudahkan kalau mau sehat/ Silakan berbuat baik pada siapa saja.