Jumat, 26 Februari 2021
Bacaan I: Yeh 18:21-28
Injil: Mat 5:20-26
“KITA bisa begitu baik dengan sahabat tetapi dengan saudara sendiri kadang kita tidak peduli,” kata seorang teman dalam sebuah obrolan.
“Banyak orang yang begitu percaya pada sahabatnya melebihi kepercayaannya pada saudaranya sendiri,” kata teman yang lain.
“Sahabat yang baik, itu hadir dalam suka dan duka. Tetapi, saudara kadang lebih sering datang pada kita, saat mereka sedang ada dalam permasalahan,” kata mereka.
“Kita lebih bisa tertawa dan gembira dengan sahabat. Sedangkan dengan saudara, kita lebih banyak bersikap formal dan seperlunya,” kata mereka.
“Jika terjadi permasalahan dengan saudara, sering kali kita susah melupakan dan memaafkan, bahkan tidak mau membicarakan dengan baik, sedangkan jika ada permasalahan dengan sahabat kita bisa membicarakan dari hati ke hati masalah yang ada hingga cepat selesai dan tidak ada dendam,” katanya.
Hari ini kita dengar sebagai pengikut Yesus untuk berdamai dengan saudara jika ada masalah.
“Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.”
Kita dituntut untuk bisa berdamai dengan saudara bahkan saudara seiman yang mungkin sedang bermasalah dengan kita.
Jika masih ada ganjalan dengan mereka, bahkan kita diminta untuk berdamai dulu sebelum kita mempersembahkan ucapan syukur di altar Tuhan.
Memang akan menjadi sia-sia jika hidup keagamaan kita hanya baik dan benar dalam peribadatan. Namun dengan orang yang dekat dengan kita -bahkan saudara kita- terjadi permusuhan dan dendam kesumat.
Kita bisa menemukan pengalaman di tengah umat, bagaimana kisah sulit dalam relasi dengan saudara, anak, isteri, suami di rumah terjadi begitu massif, namun seakan tersembunyi dalam aktifitas yang seakan penuh pengabdian di Gereja.
Adakah rasa yang belum terselesaikan dengan saudara kita, maupun saudara seiman dalam hidup ini?