Selasa, 16 Februari 2016
Pekan Prapaskah I
Yes 55:10-11; Mzm 34:4-7.16-19; Mat 6:7-15
DALAM khotbah di bukit Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Dalam doamu janganlah kamu bertele-tele… Karena itu berdoalah begini: “Bapa kami yang di sorga …”
Dalam Injil hari ini Yesus mengajarkan kepada kita cara berdoa. Pertama, dalam berdoa, hendaklah tidak bertele-tele. Dengan sabda ini Yesus mengajak kita memahami bahwa berdoa itu lebih mendengarkan dari pada berkata-kata.
Kedua, Ia menyampaikan kepada kita bahwa Allah adalah Bapa kita yang mengetahui kebutuhan kita sebelum kita meminta kepada-Nya. Maka, kita harus mohon kepada Allah hal-hal yang sungguh paling kita perlukan demi keselamatan kita.
Ketiga, Ia memberi kita model doa yang terbaik. Kita menyebutnya “Doa Bapa Kami”. Dalam berdoa “Doa Bapa Kami” secara mendasar kita memusatkan perhatian pada tiga hal. Pertama, Allah harus mendapat tempat yang utama dalam kehidupan kita dengan memuliakan nama-Nya. Kedua, Bapa akan memberikan kepada kita keperluan kita baik materi maupun rohani. Ketiga, Bapa akan mengampuni kita hingga kita juga harus mengampuni sesama dan Bapa akan membebaskan kita dari segala yang jahat.
Dalam Adorasi Ekaristi Abadi kita menyembah Yesus Kristus dalam keheningan. Kita dapat mendaraskan doa terbaik yang diajarkan Yesus dengan penuh kasih dan iman kepercayaan.
Tuhan Yesus Kristus, terima kasih telah mengajar kami berdoa kepada Bapa. Bantulah kami untuk berdoa lebih dan lebih baik lagi. Bantulah kami dengan segenap hati berupaya mengutamakan Allah dalam hidup kami. Ampunilah dosa kami seperti kami pun mengampuni kesalahan sesama dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari segala yang jahat kini dan selamanya. Amin.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)