Acaan PERmenungan hariAN
Selasa, 29 Juni 2021
Tema: Kesusahan sementara.
- Bacaan Kis 12: 1-11.
- 2 Tim 4: 6-8, 17-18.
- Mat. 16: 13-19.
“Asem tenan ki.” (Wah kok jadi runyam begini ya.)
“Ngak gampang. Aduh kenapa bisa begini? Mas, aku tidak tahu harus bilang apa? Kok aku yang harus mengalami begini. Kan itu bukan masalahku,” keluh seorang perempuan cantik.
Kawannya seorang frater dengan entengnya lalu bilang, “Yo embuh, ra ngerti. Aku yo bingung. Sing penting awake dewe tetep apik, bersahabat. Saling dukung. Ben ke wae. Jar no.” (Aku juga tak ngerti. Juga jadi bingung harus gimana. Yang penting, kita tetap baikan dan berteman. Saling dukung. Dah biarkan saja. Cuek bebek.)
Sebuah curhat singkat seorang teman. Mereka sama-sama ingin menapaki jalan Tuhan. Mereka sama-sama menapaki proses pembentukan menjadi seorang imam.
Lalu dia pun mulai berceritera.
Awalnya sederhana. Mereka saling bersahabat. Sama-sama menjalani proses ongoing formation sebagai calon imam.
Ada peristiwa dan situasi luka batin yang bisa “menganggu” pembentukan panggilan mereka.
Sebenarnya, peristiwanya sangat sederhana. Terkait dengan relasi dan emosi, lalu suasana menjadi tegang, kedekatan batin tak terbangun.
Bahkan saling curiga. Sikap cuek berkembang. Karepmu. Terserahlah.
Mungkin tidak dimaksudkan sampao ke situ. Namun, soalnya justru terkait dengan relasi, emosi. Bahkan ketidakmatangannya mengelola konflik batin dalam diri pribadi.
Sikap cemburu, curiga, dan enggan berelasi. Akhirnya cuek. Nah lo.
A bersahabat dengan B. Satu angkatan, beda umur. Juga beda pengalaman dan tingkat kematangan. Saling mendukung.
A menjadi orang kepercayaan pimpinan (C). A membantu bidang keuangan dalam sebuah komunitas. Urusan rumahtangga, kepegawaian, dapur, segala sesuatu yang terkait dengan keuangan.
A bekerja dengan baik. Relasi dengan C akrab, kerjasama baik, seperti anak kembar. No problem. Mereka sering pergi bersama membeli makanan kecil bagi komunitas.
A healthy community.
Periode berikutnya B mengganti tugas A.
Tidak sulit proses alih tanggungjawab. Itu karena B hanya melanjutkan apa yang telah dikerjakan A. Sistem kerja sudah tertata dengan jelas.
C tetap baik, ramah, percaya, dan beri keleluasaan mengatur sesuai prinsip dan peraturan.
Tapi, nalar makin lemah.
C selalu ingin tahu tentang A yang konon katanya dekat dengan seorang perempuan. Sebuah relasi selibater yang wajar dan manusiawi, saling mendukung, dan terbuka.
B tahu tentang hubungan mereka. Sungguh hanya sebatas sahabat.
Bagi B, hubungan mereka itu masih sehat. Saling mendukung. Mereka belajar mengenal, mengerti, memahami lawan jenis sebagai persiapan pastoral di kemudian hari.
Bagi B, di sana tidak ada motif cinta erotis. Juga bukan gejala cinlok. Bahkan B juga sering diajak bersama berdiskusi atau sekedar mbakso.
Cinta diam-diam yang tersembunyikah?
Mungkin karena C merasa harus bertanggungjawab atas formasi A dan B. Maka ia suka mencari informasi ke B soal hubungan A dan perempuan X ini.
Bahkan, perempuan itu pernah memberi info kepada A dan B. Dirinya merasa didekati C. Aslinya, selalu dikuntit oleh C.
Alhasil, beginilah jadinya. Ruwet antara persahabatan dan formasi.
B selalu membela A, karena memang tidak ada apa-apa. Juga tidak mengganggu fokus panggilan. Setiap ditanya, B selalu menjawab tidak tahu. Tetapi C berperilaku selalu curiga. Bisa jadi juga, C cemburu pula karena tidak bisa menarik simpati C.
Situasi menjadi runyam sampai pada tingkat emosi dan relasi.
C lalu mendiamkan A dan B.
Suasana kerja menjadi tidak nyaman. B merasa didiamkan, tapi tetap melaksanakan pekerjaan C.
Relasi pribadi dingin. Rapat kerja tak rutin. C menghindar.
Singkatnya pergaulan, persahabatan selibater dengan perempuan, kadang masih dirasa sebagai godaan saat itu. Atau persaingan antara imam dan calon imam dalam upaya merebut relasi dengan seorang perempuan?
Rasa memiliki yang terlalu menguasai? Entahlah.
Hari ini kita merayakan Hari Raya Santo Petrus dan Santo Paulus. Mereka adalah dua pribadi yang berbeda, namun satu pengutusan.
Dua pribadi yang agung.
Harum, walau ada perbedaan dan pernah berselisih pendapat. Tapi tetap satu dalam kasih. Saling menghargai dan menghormati; menjalankan tugas masing-masing atas perintah Yesus.
“Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci kerajaan Surga. Apa yang kau ikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kau lepaskan di dunia ini akan terlepas di surga.” Ay 18-19.
A dan B akhirnya menjadi imam. C semakin berumur dan bijaksana. Saat indah ada dalam rancangan Tuhan.
Santp Petrus dan Santo Paulus menjadi pilar Gereja.
A, B, dan C menjadi sahabat dalam pelayanan mereka. Kecap manis bagi Gereja.
Tuhan, rancangan-Mu tak terpahami. Tetapi indah pada waktunya. Amin.