LITERASI iman yang perlu dicermati adalah keinginan untuk menambah pengetahuan tentang iman. Tapi, seberapa tinggi keinginan itu dimiliki kita miliki?
Misalnya yang paling sederhana:
- Seberapa seringkah kita menyisihkan uang jajan kita secara periodik membeli buku tentang iman di toko rohani paroki kita?
- Jangan-jangan, kita malah lebih mengalokasikan dana untuk hal-hal jasmani melulu seperti membeli makanan. Terjadi setelah keluar dari gereja ikuti misa.
- Seberapa mau kita luangkan waktu mengikuti kegiatan pertemuan di lingkungan, seminar rohani, dan kegiatan komunitas gerejani?
- Mungkinkah waktu kita lebih banyak untuk kerja atau liburan dibandingkan belajar tentang iman?
- Apakah alokasi waktu untuk urusan iman cukup hanya sekali sepekan dengan durasi satu jam saat misa?
Berbagai alasan
Ada yang beralasan begini. Tidak memiliki buku Katolik, karena isi bukunya juga tidak menarik.
Sahabat saya dari denominasi non Katolik yang aktif,pernah berkata jujur. Buku-buku Katolik tidak menarik minat baca.
Juga terlalu berat bagi awam.
Saya berpikir, tidak sepenuhnya salah apa yang dia katakan itu. Karena memang buku-buku Katolik itu kebanyakan ditulis oleh para rohaniawan dengan bahasa filsafat yang dalam dan kurang membumi dalam keseharian.
Maka, perlu dipertimbangkan bagi para penulis dan editor untuk membahasakan ajaran dan iman Gereja dengan bahasa sederhana dalam buku mereka. Ragam bahasa dari altar harus dibawa ke pasar.
Tampilan buku yang menarik dan cara bertutur dengan bahasa yang familier bagi orang awam perlu dipupuk. Tanpa mengurangi esensi pengajaran.
Kalangan awam juga tentu sangat baik mau berpartisipasi menulis. Dengan contoh-contoh kongkrit sebagai awam terkait ajaran iman.
Para penerbit buku dan majalah Katolik hendaknya berkenan melirik dan mengangkat karya tulis bermutu produksi kaum awam, selain karya para rohaniwan yang sudah lazim terjadi itu.
”Kampaye” peningkatan literasi iman Katolik juga harus digemakan dari mimbar. Oleh semua yang terlibat di Gereja agar keluarga Katolik semakin akrab dan mau mencari pengetahuan iman.
Sekolah Minggu perlu ditata lebih baik, menarik, bermutu. Juga melibatkan semua anak-anak Katolik. Dilaksanakan secara konstan.
Berharap agar kita semua mau membuka hati, bertanggungjawab atas pengetahuan dan pengajaran iman Katolik yang benar kepada anggota keluarga kita masing-masing.
Sebagai orangtua yang baik dan bertanggungjawab, maka kita mesti punya modal pengajaran iman yang memadai bagi anak anak. Karena di dalam keluargalah, kita pertama-tama belajar iman kristianitas secara mendasar. Belajar dan melihat teladan iman dari orangtua.
Kita tidak bisa memberi dari apa yang tidak kita punyai. Karena itu, peningkatan pengetahuan katekese iman Katolik harus juga jadi prioritas pasangan yang akan menerima Sakramen perkawinan.
Literasi iman zaman sekarang
Zaman now dengan konsumsi pemakaian internet yang massif di tengah situasi pandemi Covid-19 kiranya malah membawa hal positif dalam hal literasi iman.
Di saat pandemi yang belum tahu kapan usai dan masa pembatasan yang terus terjadi, maka kita jadi punya banyak waktu di rumah. Setiap saat bisa mengakses pengajaran iman melalui hp kita.
Internet membuat kita “mendunia”. Bisa mengakses pengajaran iman Katolik dari Paus dan semua pengajar iman dari segenap penjuru dunia.
Pengajaran itu bisa kita unduh dan simpan dalam bentuk e-book, word, pdf. Video rekaman dan berbagai bentuk lainnya dan setiap saat bisa kita pelajari berulang-ulang.
Betapa kita bersyukur bisa mengakses homili menarik dan membesarkan hati dari para bapa uskup yang memimpin misa daring tampil lebih menarik. Juga misa-misa online lintas keuskupan di dalam dan luar negeri.
Kita menimba begitu banyak bahan katekese iman dari panggung virtual itu.
Sebagai contohnya adalah Romo Istimoer Bayu Aji dengan Katkitnya, Bible Learning by Father Joseph, Kanal Romo Ndeso oleh Pastor Abba, Kanal Mea culpa, Kanal Puspas Samadi dengan ragam acara terutama Opera Komedi Samadi-nya, kanal Pastor Bayu Ruseno OP dan banyak lagi.
Belum terhitung pula, kita bisa belajar dari kanal luar negeri seperti mengikuti pembelajaran dari pengalaman dan pendalaman iman berharga oleh Scott Hahn, Steve Ray, John Bergsma, Brant Pitre, dan lainnya.
Selain itu, kini banyak sekali acara webinar live dengan aplikasi daring yang membahas iman dan moral katolik yang diselenggarakan berbagai paroki dan keuskupan dengan pembicara berkualitas termasuk para bapa uskup .
Tentu kita semua kenal dengan Pastor Eko Wahyu OSC dengan kotbah jenakanya.
Juga tidak kalah fenomenal adalah pengajaran katekese iman Katolik yang detil oleh pasangan awam Stef Tay & Inggrid di YouTube dan zoom situs katolisitas.org.
Begitu banyak kanal YouTube, website, podcast dan medsos Katolik berbobot yang dengan setia memberitakan dan membagikan pengajaran iman dan berita seputar Gereja.
Semuanya bisa digapai secepat kita meng-klik tautannya di gawai kita.
- Semestinya dengan begitu banyak sarana literasi itu, maka pengetahuan iman kristiani bagi umat Katolik zaman now tidak harus dalam ukuran skala yang rendah, melainkan sebaliknya.
- Semestinya tidak banyak lagi orangtua yang tidak memberi pengetahuan iman Katolik seadanya sehingga menjadi alasan anaknya berpindah keyakinan.
- Seharusnya orang Katolik tidak mudah lagi sampai malah meragukan imannya dan kemudian malah mencari hidayah di tempat lain.
- Rasa bangga disertai syukur yang besar akan iman Katolik kita seharusnya makin bertambah-tambah pada zaman ini.
- Semestinya semangat hidup menggereja dan berbelarasa kongkrit bagi sesama makin meningkat dan konsisten terjadinya.
Jika tidak makin tinggi literasi iman di zaman ini, maka semestinya faktor yang paling perlu ditilik adalah diri kita sendiri.
- Apakah kita terbuka menanggapi ajakan Roh Kudus untuk mencari iman dan kebenarannya dengan ulet dan konstan?
- Apakah kita sungguh bertanggungjawab mau memilihara iman Katolik anak dan keluarga kita?
- Apakah kita mau meluangkan waktu untuk memanfaatkan perkembangan jaman dan segala fasilitas yang kita miliki untuk konsiten memperdalam pengetahuan iman katolik kita?
Meminjam istilah ”nikmat apalagi yang kamu dustai” dengan segala kemudahan zaman ini, jika masing-masing kita masih suam-suam kuku untuk beriman yang dalam dan benar.
Mari datang dan lihatlah dalam diri kita masing-masing dengan sejujurnya.
Bagaimanakah pengetahuan iman kita sebagai orang Katolik sekarang? (Selesai)