Selasa, 5 Januari 2021
I Yoh 4:7-10
Mark 6:34-44
NATAL dan tahun baru ini, saya mendapat berkah untuk melayani Paroki St. Yusup Kotabaru, Pulau Laut, Keuskupan Banjarmasin.
Dalam salah satu kunjungan ke stasi untuk merayakan Natal pagi, ada satu anak yang sejak saya datang wajahnya selalu senyum dan menatap saya.
Saya awalnya berpikir mungkin karena saya orang baru dan asing hingga menarik bagi anak itu. Setelah membereskan altar saya dekati anak itu, “Hai adik, siapa namamu?”
Sapaku dengan ramah. “Dionesius,” jawabnya pelan. Kamu ke gereja sama siapa?”
“Sama om dan tante,” jawabnya.
Dalam obrolan dengan Dionesius, saya menjadi tahu bahwa orangtua Dionesius harus bekerja di kota lain. Makanya, dia lalu dititipkan tinggal dengan salah satu keluarga yang dia panggil om dan tante itu.
Dionesius rindu akan orangtuanya. Apalagi pada Hari Raya Natal seperti ini, ia melihat teman-temannya berkumpul dengan keluarga; juga dengan orangtuanya. Sedangkan ia tidak bisa mengalami kehangatan dan kegembiraan seperti yang teman-teman rasakan.
Ketika selesai perayaan ekaristi, umat menyiapkan hidangan makan bersama. Tiba-tiba hati saya tergerak melihat Dionesous.
Saya bisa merasakan perasaan Dionesius bahwa ada rasa sepi, hampa yang begitu dalam ketika melihat temen-temen sebayanya bisa makan bersama orangtuanya. Sedangkan ia harus makan sendiri.
Saat ini, di sekitar kita, mungkin tidak banyak yang kurang makan dan tidak bisa makan, namun banyak orang yang bisa makan dan makan berlebihan. Tetapi hatinya sepi, hampa dan dipenuhi kerinduan untuk mengalami kasih dari orang-orang terdekat.
Marilah kita membuka hati. Supaya kita pun menjadi saluran berkat Tuhan, menjamin bahwa tidak ada yang kelaparan di antara kita terlebih jangan sampai ada yang lapar akan kasih dan perhatian.
Selamat pagi dan berkah dalem.