Berikan Cinta Sebelum Terlambat

8
16,847 views

Seorang wanita yang telah sepuluh tahun membina rumah tangga telah dikhianati suaminya. Sang suami berselingkuh dengan teman kantornya. Namun pada akhirnya sang wanita mampu mengembalikan cinta sang suami kepadanya. Cerita ini saya bagikan dengan harapan dapat membantu menyelamatkan keluarga-keluarga yang sedang berada dalam kemelut dan ambang perceraian.

 

Pada suatu malam, ketika Toni dan Meta tengah makan malam berdua, tiba-tiba Toni membuka sebuah pembicaraan yang tidak pernah Meta duga sebelumnya.

“Ma,..bolehkah aku mengatakan sesuatu?”

“Katakan saja Pa,..kenapa sih? Kok kayaknya aneh gitu..?”

“Maaf jika sebentar lagi Papa akan membuat Mama sakit hati dengan pengakuan ini.”

 

Meta merasa penasaran dan berdebar-debar saat menunggu suaminya yang tidak segera bercerita

 

“Begini Ma,..sebenarnya aku ingin kita bercerai..” Meta terkejut. Ini adalah hal yang tidak pernah Meta duga sebelumnya. Bagaimana mungkin laki-laki yang telah menemaninya selama sepuluh tahun dan memberinya dua anak yang manis itu tiba-tiba akan menceraikannya?

 

“Tapi kenapa Pa?”

Meta berusaha tegar dan menahan air mata.

“Karena aku akan menikahi Janet, teman sekantorku…”

“Kenapa Janet…?” Kali ini dengan suara parau. Meta sudah merasa tidak kuat lagi membendung air matanya. “Karena aku mencintainya….”

 

Sakit. Seperti dihantam beribu batu dan sembilu menyayat dalam hati Meta. Namun Meta berusaha terlihat tegar. “Tidak Pa, aku tidak terima!” Meta berlari menuju kamar tidurnya, menguncinya rapat-rapat dan menangis sejadi-jadinya.

 

Boleh Bercerai, Asal ….

Esok harinya, ketika Toni hendak berangkat bekerja, tiba-tiba Meta keluar dari kamarnya dengan membawa secarik kertas.

 

“Sebentar Pa, aku mau bicara…”

Mereka pun duduk berhadapan. Meta terlihat segar dan cantik dengan balutan gaun berwarna biru hadiah dari Toni saat ulang tahunnya empat tahun lalu.

 

“Aku setuju kamu menikah lagi…”

Kali ini Toni yang terkejut, sekaligus lega. Bagaimana mungkin waktu semalam telah merubah istrinya begitu cepat?

“Tapi aku punya syarat…”

“Apa syaratnya, Ma? Katakan saja…aku pasti akan penuhi. Mobil? Rumah? Apa? Katakan…”

Toni semakin tidak sabar dan Meta hanya tersenyum.

“Ini syaratnya sudah aku tulis, bacalah…”

 

Toni segera merebut kertas yang dibawa Meta, keningnya berkerut-kerut membaca satu demi satu kata.

 

Papa boleh menikah lagi setelah melakukan hal ini selama satu bulan terhadap mama:

 

  1. Setiap pagi sebelum berangkat kerja papa harus mencium kening mama dan mengatakan,”Aku akan merindukan Mama, I love you.”
  2. Setiap siang ketika jam istirahat di kantor Papa harus telpon atau SMS Mama untuk menanyakan apakah mama sudah makan atau belum;
  3. Setiap sore / malam sepulang kerja Papa harus memeluk Mama di depan anak-anak sambil berkata,”Aku sudah pulang, Ma! I love you.”
  4. Setiap akan pergi tidur papa harus menggendong Mama sampai kamar tidur dan tidur sambil memeluk Mama sepanjang malam”
  5. Setiap kali bepergian Papa harus membuka dan menutupkan pintu mobil untuk Mama.
  6. Anak-anak tidak boleh ada yang tahu tentang hal ini dengan menunjukkan kemesraan kita di depan mereka.

 

Toni tersenyum geli membaca surat dari Meta. Toni merasa itu adalah hal yang sangat mudah baginya, apalagi cuma satu bulan. Toni pun mengangguk tanda setuju dan bergegas menemui Janet kekasihnya untuk membagi “berita baik” ini. Janet yang membaca surat dari Meta hanya tertawa dan mengatakan bahwa istrinya itu konyol dan gila.

 

Akhirnya hari-hari pun dilalui oleh mereka berdua dengan melakukan aktivitas seperti yang Meta minta. Bahkan Meta sendiri tampak semakin anggun dan lembut terhadap Toni, terutama jika mereka di depan anak-anak. Awalnya Toni merasa canggung dan konyol karena hal-hal ini sudah lama sekali tidak mereka lakukan. Sebenarnya ini adalah aktivitas rutin mereka di awal pernikahan dulu, namun karena Toni sangat sibuk dan mudah lelah maka aktivitas itu pun lambat laun menghilang. Ditambah lagi sikap Janet yang selalu memberi perhatian pada Toni saat jam-jam melelahkan di tempat kerja, hal ini semakin membuat hubungan Toni dan Meta menjauh.

 

Satu hari, dua hari, satu minggu, dua minggu, semakin lama Toni dan Meta semakin mesra. Bahkan Toni merasa benar-benar merindukan Meta setiap hari dan rasa cinta yang tadinya mati telah mekar kembali di hati Toni. Toni merasa bahwa Meta-lah wanita yang memang sungguh dicintainya. Wanita yang mengorbankan waktunya untuk mengandung, melahirkan dan merawat anak-anak mereka. Wanita yang selalu menyiapkan sarapan di pagi hari dan setia menantikan kepulangannya. Bagaimana mungkin dia akan meninggalkan wanita yang telah sepuluh tahun menemaninya hanya demi seorang Janet?

 

Tepat satu bulan waktu yang diberikan Meta. Hari ini Toni berjanji akan memberi kejutan spesial untuk Meta. Toni akan membatalkan rencana pernikahannya dengan Janet dan memilih Meta sebagai pendamping hidupnya untuk selamanya. Toni berjanji tidak hanya satu bulan dia akan mencium, memeluk dan menggendong Meta setiap harinya. Toni akan melakukannya seumur hidupnya. Toni sudah tidak sabar menunggu sore tiba dan menjelaskan ini pada Meta, istri yang dicintainya.

 

Setelah mendapat cacian dari Janet atas keputusannya, Toni pun bergegas pergi ke toko bunga. Dibelinya seikat mawar putih sebagai tanda kesungguhan dan kesucian cintanya. Toni juga mampir ke toko berlian dan membelikan Meta sebuah kalung yang pernah diidam-idamkan istrinya. Toni terseyum sendiri sepanjang jalan membayangkan betapa istrinya akan terkejut dengan hadiah yang dibawanya. Toni berkaca-kaca membayangkan betapa istrinya akan memeluknya begitu erat dan mereka akan berlibur ke Paris selama satu minggu.

 

I love you…

Sesampai di rumah Toni tercengang. Rumahnya sepi. Tidak ada tanda-tanda penyambutan dari Meta seperti biasa. Toni pun bergegas menuju kamar mereka. Dilihatnya Meta tengah terbaring di tempat tidur mengenakan gaun biru hadiah darinya. Oh, sedang tidur rupanya….pikir Toni. Didekatinya istrinya itu, dikecupnya kening sang istri sambil berbisik “Ma, aku sudah pulang…I love you!” Tapi Meta tak bergerak. Diraihnya tangan sang istri. Dingin sekali pikir Toni. Lalu diambilnya selembar kertas yang digenggam Meta.

 

Toni terbelalak tak percaya. Pandangan matanya tiba-tiba menjadi kabur. Kata demi kata yang dibacanya tak kuasa meledakkan tangisnya!

 

Terima Kasih Papa. Terima kasih telah menemani Mama selama ini. Maafkan jika selama ini Mama menyembunyikan sesuatu dari Papa. Sebenarnya Mama telah menderita kanker hati dan dokter memvonis umur Mama sudah tidak lama. Malam itu, ketika Papa minta ijin bercerai dari Mama, sebenarnya Mama hendak mengatakan hal ini tapi mama tidak mau membuat Papa sedih dan merusak rencana bahagia Papa dengan Janet. Maka Mama putuskan untuk menyimpannya sendiri. Kenapa Mama minta syarat satu bulan pada Papa? Hal itu untuk menunggu saat kematian Mama karena dokter bilang bahwa umur Mama tinggal satu bulan lagi. Selama itu Mama ingin Papa dan anak-anak merasa bahagia sehingga tidak sedih ketika mama memang harus pergi. Saat membaca surat ini, mungkin Mama sudah pergi karena Mama sudah merasa inilah waktunya. Maafkan Mama ya Pa. Tolong jaga anak-anak dan jangan biarkan mereka tahu bahwa Papa sudah tidak mencintai Mama lagi. Biar mereka tahu kalau Papa menikah lagi itu akrena Mama sudah pergi. Selamat tinggal Pa! Semoga Papa bahagia meski tanpa Mama. I love you. Peluk dan Cium, Mama.”

 

Photo credit: reviews.in.88db.com, ladyzona.com, sodahead.com

8 COMMENTS

  1. kisah yg aneh… anehnya adalah, setepat-tepatnya dokter memvonis usia seseorang, kebetulan itu gak sampai 5%. kalo emang dia sakit kanker hati, sekuat2nya tubuhnya gak bakal lah gak keliatan kalo sakit, pasti ada kalanya dia pucat, muntah, dsb. obat pasti berserakan dimana2.

    tapi skenarionya bagus juga sih.. penulis ada bakat nulis skenario.. Lanjutkan!!

    Cheers..

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here