Beriman Berarti Berelasi dengan Siapa Saja (1)

2
2,337 views

Di negeri antah berantah,hiduplah seorang permaisuri yang memiliki puri yang indah dan dibangun di bukit tengah kota. Sang permaisuri begitu mencintai puri itu, sehingga dibuat tidak memiliki jendela.

Ia tidak  rela kalau perabot puri  itu diketahui dan dilihat oleh orang lain. Di kamarnya yang  dikelilingi dengan cermin-cermin itu, sang permaisuri memanjakan dirinya dengan bersolek.

Karena kegemarannya bersolek itulah sang raja marah. Dibongkarnya cermin-cermin itu dan dibuatlah lobang. Dengan adanya lobang tersebut, ia  menyadari bahwa di seberang puri tersebut banyak orang menderita yang perlu untuk dikunjungi dan dibantu.

Sejak saat itulah, sang permaisuri menyuruh membuat jendela-jendela di purinya dan membuat jembatan untuk menghubungkan antara puri kerajaan dan rakyatnya.  Jembatan yang terhampar, jendela dan pintu yang terbuka hendak melukiskan bahwa dirinya mau berelasi dengan orang lain.

Bukan pintu lebar-lebar
Gereja pun menyadari akan perlunya berelasi. Paus Yohanes XXIII  (1881-1963) yang sebelumnya bernama Kardinal Roncalli,  merasa bahwa Gereja harus membuka pintu perubahan lebar-lebar.

Ia menekankan kebutuhan gereja  akan ‘aggiornamento’ artinya disesuaikan mengikuti zaman. Gereja harus mengejar ketinggalannya dengan dunia modern. Walaupun dogma tidak berubah, pengungkapannya dapat dan harus berubah.

Orang Protestan harus dilihat sebagai “saudara-saudara yang terpisah” bukan sebagai penyesat yang jahat. Kini di setiap keuskupan bahkan paroki ada seksi HAK (Hubungan Antar Keagamaan) yang hendak membangun relasi yang baik dengan agama-agama lain.

Setiap kali ada kerusuhan yang menyangkut SARA, para tokoh umat beragama berkumpul dan membahas isu tersebut. Syukur kepada Allah bahwa suasana yang sempat panas itu pun akhirnya menjadi kondusif.

Bangun relasi
Dialog, kumunikasi, musyawarah, kesepakatan dan perundingan adalah cara yang efektif untuk meredam relasi yang memanas. Paus Yohanes Paulus II  (1920 – 2005)  adalah seorang Paus yang suka melanglang buana untuk membangun relasi dengan negara-negara lain dan agama serta aliran kepercayaan lain.

Kata Pontifex Maximus, menurut interpretasi saya mengandung arti: pont = jembatan dan facere = membuat). Tugas salah satu Paus adalah membuat jembatan / membangun  relasi. Maka tidak mengherankan jika pada tahun  1987 dan sesudahnya Yohanes Paulus II bertemu di Asisi dengan pimpinan banyak agama sedunia untuk mendoakan damai bagi seluruh dunia.

Belum lama  ini, Paus Benediktus XVI menemui tokoh-tokoh  agama di  biara, tempat Martin Luther dulu belajar di Erfurt dan dihadiri 20 pemimpin  dalam Kompas, 24 September 2011. Untuk hidup berdamai dengan sesama perlulah berelasi dengan baik.

bersambung

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here