“Apa yang kamu lakukan untuk saudara-Ku yang paling hina, kamu melakukannya untukKu”. (Matius 25:40).
Tentu kita masih ingat isi kata-kata ketika pada Paskah lalu kita kembali diingatkan pada janji Baptis kita? Isi janji Baptis itu adalah sebagai berikut:
Imam : Apakah Saudara menolak kejahatan di dalam diri Saudara sendiri dan dalam masyarakat?
Umat : Ya, kami menolak!
Imam : Apakah Saudara menolak setan dalam bentuk takhyul, perjudian dan hiburan yang tidak sehat?
Umat : Ya, kami menolak!
Imam : Apakah Saudara menolak segala tindakan dan kebiasaan yang tidak adil
dan tidak jujur, dan yang melanggar hak-hak asasi manusia?
Umat : Ya, kami menolak!
Imam : Apakah Saudara menolak setan sumber segala dosa dan penguasa kegelapan?
Umat : Ya, kami menolak!
Namun kita harus terus ingat bahwa beriman bukan hanya janji. Beriman adalah bertindak, karena iman tanpa perbuatan nyata hakikatnya mati dan sia-sia. Iman baru mempunyai arti bila berbuah dalam bentuk tindakan-tindakan yang berguna bagi orang-orang yang ada di sekitarnya.
Karena Allah Mengasihi Kita
Karena Allah mengasihi manusia, kita umat-Nya kemudian membalas kasih tersebut. Balasan kasih kepada Allah inilah yang disebut sebagai iman. Namun iman tidak abstrak. Kasih yang merupakan wujud iman harus diwujudkan kepada sesama.
Santo Agustinus, seorang pujangga gereja mengatakan iman tanpa perbuatan adalah sebuah kesia-siaan. Maka iman tersebut harus diwujudkan dalam tindakan kasih kepada sesama. Dalam Injil seseorang bertanya kepada Yesus, siapakah saudaraku. Yesus mengatakan bahwa yang disebut saudara adalah semua orang yang menjalankan kehendak Tuhan.
Saat ini rasanya makin sulit kita menemukan bentuk-bentuk perbuatan iman yang riil didedikasikan untuk sesama, karena lebih banyak kita temui, makin banyak orang yang lebih mementingkan diri sendiri atau kelompoknya.
Adalah naluri manusia untuk selalu mencari situasi yang aman atau keselamatan bagi diri sendiri. Padahal untuk menjadi orang-orang yang berguna bagi sesama di zaman ini tidak harus menjadi seorang yang melakukan perbuatan besar. Banyak hal kecil yang bisa kita lakukan untuk orang lain dan tindakan itu bisa jadi sangat berarti dan menyelamatkan orang lain.
Setiap tindakan yang menyelamatkan sesama manusia adalah tindakan heroik dan tidak harus ditulis tebal dalam buku sejarah. Karena hakikatnya heroisme sebuah tindakan terletak pada ketulusan dan penyelamatan sesama itu sendiri.
Maka marilah kita melakukan segala sesuatu yang kita mampu, apapun kemampuan kita, yang penting kita lakukan segala sesuatu dengan tanpa pamrih untuk orang lain, niscaya itulah iman yang sebenarnya.