Proses mandiri
Bagi Kongregasi Bruder-bruder Santo Aloisius Semarang (CSA), tahun 2024 merupakan tahun penuh rahmat dan menjadi tahun bersejarah. Persis 25 tahun lalu yakni tanggal 25 November 1999, CSA menjadi Kongregasi mandiri. Artinya terpisah dengan Kongregasi CSA Pusat di Oudenbosch, Negeri Belanda.
Dari tahun 1987-1999, proses legalitas berlangsung. Persiapan mental spiritual para Bruder CSA Indonesia dilakukan, hingga akhirnya tanggal 25 November 1999, CSA Provinsi Indonesia secara definitif dinyatakan status mandiri. Berada di bawah reksa Bapak Uskup Keuskupan Agung Semarang.
Sejak saat itu status Kongregasi Bruder CSA Indonesia bukan lagi kepausan melainkan keuskupan. Sehingga semua laporan dan pertanggungjawaban perkembangan Kongregasi CSA disampaikan kepada Bapak Uskup Agung KAS.
Proses menuju kemandirian itu tidak mudah. Apalagi untuk tarekat religius sangat kecil yang jumlah anggotanya kala itu hanya 30-an bruder. Penyertaan dan bimbingan Tuhan selama 25 tahun pasca kemandirian pantas disyukuri.
Tanpa campur tangan Tuhan dan kuasa kasih-Nya, tentu CSA tidak akan mampu berdiri, mandiri dan mengembangkan diri hingga saat ini. Di mana CSA tetap berjuang hadir dalam semangat misi turut berkiprah dalam karya pelayanan Gereja Katolik Indonesia.
Tepatnya, Kongregasi Bruder CSA berkarya hanya di di enam keuskupan: KAS, Keuskupan Surabaya, Keuskupan Agung Kupang, Keuskupan Agung Ende, Keuskupan Ruteng, dan Keuskupan Sintang. Kami melakukannya dengan bentuk karya pendidikan, karya karitatif (panti asuhan, panti wredha, asrama), pengelolaan rumah retret, dan perbengkelan.
Ungkapan syukur kemandirian
Sebagai ungkapan rasa syukur atas rahmat 25 tahun kemandirian Kongregasi Bruder CSA Indonesia, maka selama hampir satu tahun ini Kongregasi mengajak setiap anggota. Untuk berefleksi sekaligus melakukan melakukan Ddoa Novena di setiap komunitas.
Kongregasi juga memberi kesempatan kepada komunitas masing-masing untuk melakukan selebrasi; sesuai situasi dan kondisi. Puncak dari refleksi dan permenungan itu semua, maka tanggal 25 November 2024 diadakan Perayaan Ekaristi di Semarang.
Ini merupakan ungkapan rasa syukur atas 25 tahun kemandirian, sekaligus merayakan dua bruder yang mengikrarkan prasetya kekal dan seorang bruder yang merayakan 50 tahun hidup membiara.
Kedua bruder yang mengikrarkan prasetya kekal adalah Br. Kristoforus Lake CSA dan Br. Sebastian N. Ance CSA. Sementara yang merayakan 50 tahun hidup membiara adalah Br. Andreas M. Sungadi CSA.
Refleksi dan testimoni beberapa bruder CSA
Rasa syukur mendalam, CSA boleh merayakan dan masih bisa menikmati rahmat 25 tahun kemandirian. Saya pribadi juga berterimakasih dan bangga sekaligus kagum kepada para bruder CSA pendahulu kita yang telah berjuang hingga CSA mampu dan dinyatakan siap menjadi kongregasi mandiri.
Bagiku, para pendahulu atau para pejuang kemandirian adalah bagian dari perpanjangan karya Roh Kudus hingga tarekat CSA dapat berkembang hingga kini. Mereka adalah para CSA visioner yang tahu dan paham akan apa yang akan terjadi di depan. Maka dengan segala resiko dan konsekuen, mereka berani dan ya memang harus mengambil keputusan demi tercapainya visi-misi Kongregasi.
Ternyata keputusannya sangat tepat dan jitu. Tugas kita sebagai penerusnya adalah selalu berjuang dan menjaga kepercayaan ini.
Selama 25 tahun para bruder belajar banyak hal tentang pentingnya kerjasama di antara para bruder. Juga ketekunan menghadapi kesulitan, sikap rendah hati dalam kesulitan, serta sikap rendah hati dalam mencapai kemajuan Kongregasi.
Para bruder memainkan perannya dalam menjaga kestabilan hidup sebagai Kongregasi mandiri. Usia 25 tahun bukan waktu yang sebentar.
Para bruder belajar banyak hal sebagai Kongregasi mandiri yang dianut, bukan hanya sekedar menstabilkan atau kemandirian finansial atau organisasi. Tetapi juga dalam kedalaman hidup spiritual dan kesetiaan yang dianut oleh para bruder CSA.
Proses terus berlangsung
Kemandirian CSA Semarang Indonesia yang telah kita capai bukanlah tujuan akhir. Tetapi sebuah proses yang terus berkembang. Kita terus memacu diri berkembang sebagaimana mestinya agar menjadi lebih baik dari segala aspek kehidupan. Dan tetap setia dalam panggilan yang telah dianugerahkan Tuhan pada para bruder CSA.
Semoga Kongregasi kita terus menjadi saluran berkat. Tidak hanya bagi anggota komunitas dan Kongregasi. Tetapi lebih dari pada itu -sebagaimana ditegaskan dalam visi dan misi- kita harus juga memperhatikan kaum dan mereka yang kecil, lemah, miskin dan difabel (KLMTD). Serta semua orang yang membutuhkan perhatian para bruder CSA.
Bruder CSA harus bersyukur, karena didewasakan oleh tantangan dan hambatan. Itu semua menjadi pengalaman iman selama 25 tahun di mana CSA bisa melayani, merasul untuk menjadi berkat dan menjadi tanda kasih Allah yang sungguh meraja di mana CSA hadir. Bisa berjalan bersama Gereja Lokal dalam pembentukan dan pembinaan karakter di tengah orang muda dewasa ini.
Perayaan syukur ini menjadi kesempatan berefleksi :sejauh mana CSA memiliki semangat menatap masa depan yang cerah; setelah kurun waktu 25 tahun.
Menatap masa di depan bisa diuraikan dengan memberi kesaksian hidup baik, berdaya magnet untuk orang muda kaum muda akan hidup bakti sebagai bruder CSA dengan nilai-nilai keutamaan dan keteladanan hidup yang promotif, selalu menemukan dalam Tuhan dalam segala, menjadi rasul Kristus yang militan bekerja keras dan cerdas.
Sebagai generasi muda, momen ini menjadi kesempatan untuk terus berjuang sekaligus mengisi kemandirian kongregasi dengan menghidupi apa yg menjadi tema utama perayaan syukur: “Berjalan Bersama Mewujudkan Visi Misi”. Memperkuat itu semua, maka perlu menghidupi tiga pilar hidup religius. Yakni, Hidup Doa, Hidup Bersama dan Hidup Pengutusan dengan kegembiraan, kebahagiaan, dan sukacita.
Menapaki 50 tahun Kongregasi menjadikan saya semakin menyadari bahwa aku ini hamba yang tak berguna, yang hanya menjalankan kewajiban dengan penuh kesadaran dan cinta. Sebagai seorang bruder, selalu bertekun dan setia dalam tugas pengutusan adalah sarana bagiku untuk mencapai kesempurnaan dan kekudusan dalam persatuan mesra dengan Kristus yang saya ikuti dan selalu kurindukan.
Hambatan, tantangan dan kesulitan dalam hidup dan pengutusan harus dihadapi; bukan dihindari. Karena hal itu merupakan jalan sementara saja. Perjalananku belum selesai sampai garis finis. Maka dalam diriku ini masih harus dipupuk dan terus menumbuhkan kesetiaan dan daya juang yang penuh kasih dan ketekunan.
Allah sangat mencintai saya dengan berlimpah untuk hidup jasmani, rohani, pengutusan saya.
Saya berterimakasih kepada Kongregasi beserta para bruder yang telah memberi ruang dan kesempatan pada saya untuk bertumbuh dan berkembang sebagai pribadi seorang religius bruder.
Dalam Kongregasi, saya bersama para bruder dibentuk menuju keutuhan pribadi dan kesempurnaan serta kekudusan. Untuk ini ,saya mendapat kesempatan untuk berbuat salah. Karena itu, ada pengampunan dari sesama saudara untuk saya.
Bisa sampai 50 tahun sebagai bruder CSA bukan untuk saya banggakan. Tetapi untuk semakin saya sadari dan syukuri atas penyertaan Allah yang berkarya dalam diriku, melalui diriku yang tidak layak ini, untuk mewujudkan kasih-Nya pada sesamaku. Ini refleksi 50 tahun hidup membiara.
Sebagai bagian dari anggota tarekat aktif yang senantiasa terus berjalan dan berjuang demi terwujudnya visi-misi Kongregasi, kiranya dalam setiap tugas yang dipercayakan, kita (para bruder) jangan sampai kehilangan sukacita, harapan dan selalu optimis.
Tumbuhkan selera humor dalam kehidupan bersama, maka hidup akan semakin berdaya makna. Selamat dan proficiat buat para bruder CSA.
Salam Persaudaraan Kasih dan Damai (PKD),