Sir 47:2-11 dan Mrk 6:14-29
ADA pelbagai macam reaksi orang Yahudi terhadap kehadiran Yesus dan karya-Nya. Pribadi Yesus menantang orang untuk memberi tanggapan pribadi yang seringkali justru keliru. Demikian juga yang terjadi dengan raja Herodes.
Sikap benci dan juga takut bayangan membuat Herodes melihat Yesus sebagai Yohanes Pembaptis yang bangkit lagi.
Kisah kematian Yohanes Pembaptis yang ditampilkan penginjil mau memperlihatkan betapa sulitnya sikap pembelaan terhadap moral kehidupan berhadapan dengan realitas kehidupan dunia.
Banyak upaya dilakukan hanya untuk menutup malu, dan bukannya tindakan yang memperlihatkan mutu hidup. Yohanes Pembaptis dibunuh hanya untuk menutup bau bangkai moral pemimpin yang rakus, loba dan penuh tipu daya. Maka ketika Yesus tampil, sikap takut bayangan muncul pada Herodes. Dia takut, jangan-jangan perilakunya yang salah bakal terbongkar lagi.
Poin lain yang perlu direnungkan.
Mutu kehidupan harus dapat diuji juga melalui penderitaan, bahkan kematian. Sikap kemartiran atau kesaksian yang kokoh dan gigih menjadi salah satu kekuatan dalam hidup menggereja.
Ungkapan ‘darah para martir adalah benih para orang Kristen’ sudah harus dimengerti secara berbeda. Kemartiran tidak hanya karena meneteskan darah, melainkan juga menyatakan kebesaran Allah, memperjuangkan dan mempertahankan nilai-nilai universal dan Kekristenan dalam hidup kita.
Sebagai murid Yesus kita ditantang, apakah perjumpaan kita dengan Yesus sekadar pengakuan dangkal, ataukah menjadi sebuah keterlibatan dalam dan dengan seluruh hidup serta perjuangan-Nya?
Satu yang pasti, seorang murid Tuhan Yesus Kristus, hidup dan perjuangan kita mesti berpola pada hidup dan perjuangan Yesus Kristus sendiri. Semoga.