Rabu, 27 Oktober 2021
- Rm. 8:28-30.
- Mzm.13:4-5.6.
- Luk.13:22-30
“BERAKIT-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.”
Peribahasa ini mungkin tidak asing lagi maksudnya bagi kita.
Bahwa ada usaha dan perjuangan yang harus kita lakukan, sebelum mencapai kesejahteraan.
Apabila kita menginginkan sebuah keberhasilan atau kesenangan, maka kita harus berani mengusahakannya terlebih dahulu.
Jika kita hanya diam dan tidak berusaha, maka keberhasilan dan kesenangan tersebut tak akan datang pada kita.
Kita harus berani bergerak menghadapi tantangan dan kesulitan – bahkan mungkin penderitaan- hingga pada akhirnya mencapai keberhasilan.
“Saya sangat bersyukur, anakku bisa lulus kuliahnya,” kata seorang ibu.
“Setelah bapaknya meninggal, kami hidup berdua. Saya merasa tangan Tuhan yang menguatkan dan membimbing kami mencari rezeki,” lanjutnya.
“Kami mengantungkan hidup dari jualan sayur di pasar,” ujarnya.
“Setiap hari saya berusaha menyisihkan keuntungan dan menabungnya demi kelanjutan hidup kami,” lanjutnya.
“Saya ingin anakku punya pendidikan dan masa depan yang baik,” lanjutnya lagi.
“Syukurlah dia belajar dengan sungguh-sungguh hingga empat tahun lulus kuliahnya,” kata ibu itu.
“Memang banyak keterbatasan dan hambatan yang kami hadapi dan juga tidak banyak peluang dan kemungkinan, namun ketika kami berusaha dan berjuang sekuat tenaga, semuanya menjadi mungkin,” lanjutnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar.
“Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?”
Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu.
Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.”
Perjalanan menuju hidup kekal memang terbuka kepada semua orang, tetapi melalui pintu yang sesak sehingga butuh komitmen untuk berjuang dengan tekun.
Yesus mengingatkan supaya kita memiliki daya juang untuk memperoleh keselamatan.
Keberhasilan dalam perjuangan masuk pintu sempit itu hanya bisa tercapai, jika kita bisa mematikan egoisme diri dan menjadi pribadi yang terbuka akan rahmat Tuhan.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku tekun berjuang untuk menemukan keselamatan dan masa depan yang lebih baik dalam hidup ini?