MANUSIA ingin merdeka. Mereka menentang perbudakan. Sejarah untuk mewujudkan kemerdekaan itu mencapai puncaknya ketika Perserikatan Bangsa-Bangsa mengumumkan Deklarasi Hak-Hak Azasi Manusia pada tahun 1948.
Kendati deklarasi itu sudah lebih dari 70 tahun usianya, usaha membebaskan manusia dari perbudakan belum seluruhnya berhasil. Perbudakan bentuk baru di bidang ekonomi dan politik masih terjadi. Dengan usahanya sendiri, dapatkah manusia memperoleh kebebasan seutuhnya?
Sabda Tuhan pada hari ini berbicara tentang kebebasan. Tuhan membebadkan Sadrakh, Mesakh, dan Abednego dari perapian yang menyala-nyala (Daniel 3:25). Raja Nebukadnezar berkata, “Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh, dan Abednego! Ia telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya, yang telah menaruh percaya kepada-Nya (Daniel 3:28).
Yesus berbicara tentang kebenaran yang memerdekakan kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya. “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, maka kamu benar-benar murid-Ku, dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yohanes 8:31-32).
Ketika mereka mengaku diri sebagai keturunan Abraham dan tidak pernah menjadu hamba siapa pun, Yesus berkata, “Setiap orang yang berbuat dosa adalah hamba dosa” (Yohanes 8:34).
Mereka yang telah menjadi hamba dosa akan merdeka, jika Yesus membebaskannya (Yohanes 8:36). Yang amat diperlukan adalah percaya kepada-Nya yang datang dari Allah untuk melakukan kehendak Bapa-Nya (Yohanes 8:41).
Raja Nebukadnezar percaya kepada Allah yang membebaskan Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Tetapi orang-orang Yahudi menolak untuk tinggal dalam Yesus yang memerdekakan. Akibatnya, mereka tetap tinggal di dalam dosa.
Sampai kini, hanya sedikit orang yang mau percaya kepada Yesus. Di tengah usaha bertahun-tahun meraih kebebasan, banyak orang tidak percaya kepada Yesus, Sang Pembebas sejati. Mereka memilih tinggal dalam dosa. Dapatkah mereka memperoleh kebebasan seutuhnya?
Rabu, 20 Maret 2024
Albherwanta, O.Carm.