Berkata-kata dan Bertindak Benar

0
306 views
Ilustrasi: Jangan terlena oleh gosip. (Ist)

“Lebih baik berjalan bersama dan berbicara dengan Tuhan; daripada berbicara tentang Tuhan tanpa perbuatan kasih.”

BEBERAPA bulan lalu saya, diberi orang sebuah buku tentang penyembuhan luka batin.

Mungkin karena melihat saya yang kelihatan tengah mengalami tekanan batin, maka penulis buku itu menitipkan pada seorang teman untuk kemudian bisa memberikannya kepada saya.

Wah, lumayan dapat gratisan. Bisa saya baca. Siapa tahu bisa membantu saya agar  batin saya tidak tertekan.

Buku itu masih terbungkus rapi dan diikat pita.

Saya bercerita kepada teman saya yang kenal dengan penulisnya bahwa saya mendapat buku tentang penyembuhan luka batin.

Namun reaksi teman saya cukup mengejutkan saya. Begini kisahnya.

“Saya juga dapat kok buku itu, tapi tidak pernah mau saya baca. Karena saya tahu, penulisnya itu banyak membuat tekanan batin pada orang lain. Ia sosok orang yang sangat keras kepala, selalu merasa dirinya  paling benar.”

Lho kok malah begitu?

Saya hampir tidak percaya dengan omongan teman tersebut. Maka, saya segera ambil buku itu. Belum sempat saya buka. Karena saya ingin melihat sampul depan dan belakang.

Sekarang, saya malah menjadi ragu-ragu untuk membacanya.

Akhirnya saya putuskan saja mau mengembalikan buku itu kepada orang yang dititipi; bukan bermaksud menolaknya. “Maaf, saya sudah banyak koleksi buku dan belum saya baca. Daripada menumpuk bisa dijadikan koleksi buku yang lainnya,” kata saya waktu itu.

Di dalam hati saya berkata, “Daripada menambah beban pikiran saya dengan membaca buku itu.”

Jangan lagi hanya berkata-kata

Dari kejadian kecil yang dialami ini, saya mencoba merefleksikan diri.

Sering kali terjadi kecenderungan di dalam diri kita seperti ini. Kita ini sangat mudah bicara tentang sesuatu yang ditujukan untuk membenahi orang lain.

Namun, kita justru buta dengan diri kita sendiri.

Sering kali kita membuat aturan-aturan dengan rumusan-rumusan yang bagus  untuk  menyelamatkan orang lain, membela KLMTD (Kecil, Lemah, Miskin, Tertindas dan Difable).

Namun kekerasan verbal justru lebih sering kita lakukan terhadap mereka dengan membuat berita-berita palsu: finah, gosip.

Kita menawari bimbingan rohani demi keselamatan jiwa seseorang. Namun jutru kitalah yang menjadi pelaku utama.

Sehingga malah membuat orang lain tidak selamat. Dengan meninggalkannya setelah orang yang mau kita bimbing itu tidak memberi keuntungan bagi diri kita.

Sering kali, kita banyak menyerukan tentang kebenaran, namun yang terjadi justru kebohongan dibiarkan membungkus kenyataan.

Demi harga diri.

Memaknai Masa Adven

Satu pekan sebelum kita memasuki masa Adven, Gereja mengakhiri Tahun Liturgi. Kita  merayakannya sebagai puncak iman kita, yakni Yesus Kristus sebagai Raja Semesta Alam.

Mungkin kita membayangkan bacaan-bacaannya pasti mengisahkan Yesus yang menjadi raja di surga dengan segala kemegahan dan keindahannnya, bukan penderitaan.

Namun, ternyata Injil memperdengarkan pembicaraan antara Pilatus dan Yesus. Di mana Yesus berada di dalam keadaan menderita, karena penyiksaan.

Pilatus menanyai Yesus apakah betul Dia itu raja orang Yahudi, saat memeriksa kebenaran tuduhan orang terhadap Yesus.

Yesus menjelaskan bahwa kerajaan-­Nya bukan dari dunia ini.

Jawab Yesus: “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini.” (Yoh 18:36)

Ia datang ke dunia untuk bersaksi tentang kebenaran. Kuasa-Nya sebagai raja tampak dalam perendahan diri, melayani orang kecil, lemah, miskin dan tertindas, dalam cinta kasih tanpa batas.

Ia berkuasa bukan dengan senjata, kekayaan, kekerasan, dan kata-kata atau tulisan hampa yang menjerumuskan manusia pada harapan palsu.

Namun, Ia menjadi raja yang memberi diri seutuhnya, hingga rela disiksa, wafat di salib.

Ia punya kuasa untuk menggerakkan hamba-hamba-Nya untuk melawan orang-orang yang menyiksa-Nya.

Namun Ia justru mengurbankan diri-Nya dihina, difitnah, diperlakukan tidak adil hingga rela wafat di kayu salib demi cinta-Nya kepada kita, agar kita selamat.

Namun jalan penderitaan-Nya itu terarah pada pengharapan kehidupan baru dengan kebangkitan-Nya.

Karena tanpa kebangkitan, penderitaan Yesus akan sia-sia. Yesus adalah pewarta sekaligus pelaku apa yang diwartakan-Nya.

Bagaimana dengan kita?

  • Apakah kita sebagai murid Yesus sungguh menjadi pelaku sabda-Nya yang sering kita wartakan?
  • Apakah kita sebagai murid-murid Kristus, tetap setia  untuk berjalan bersama Yesus yang rela menderita atau justru menjauhi-Nya?

Yesus hadir di dunia ini, rela menjadi manusia yang lemah, kecil, tertindas bahkan disiksa oleh musuh-musuhNya dengan kejam.

Apakah kita mau setia menemani mereka yang kecil, yang lemah, tak berdaya dan dimusuhi banyak orang.

Ataukah kita justru meninggalkannya dan bahkan ikut serta menyakiti-Nya dengan kata-kata tanpa belas kasih.

Yang tertulis tetaplah tertulis

Apa yang kita tulis adalah tulisan hidup kita.

Marilah kita memasuki Masa Adven ini dengan  menabur tulisan penuh harapan.

Sekaligus memberi harapan kepada semua orang bahwa Yesus sungguh berjalan bersama kita, merengkuh hidup kita dengan penuh kasih tanpa membeda-bedakan siapa pun kita.

Kitab Suci mengajari agar kita mempersiapkan diri menyambut kedatangan Tuhan. Persiapan diri yang dimaksud adalah “berjaga-jaga”, karena memang inilah yang diperintahkan oleh Kristus untuk menyambut kedatangan-Nya (lih. Mat 24:42; Mat 25:13; Mrk 13:33).

Berjaga- jaga di sini maksudnya adalah untuk mengarahkan pandangan kita kepada hal-hal surgawi, dan bukan kepada hal- hal duniawi, pesta pora, dan dosa seperti yang dilakukan orang banyak pada zaman Nabi Nuh (lih. Mat 24:37-39, Kej 6:5-13).

Dengan demikian, masa Adven merupakan masa pertobatan.

Inilah masa di mana kita dipanggil Allah untuk kembali ke jalan Tuhan.

Video ini mengisahkan Bunda Maria bersama para murid-Nya yang setia berjalan bersama-Nya sebagai raja yang menderita demi keselamatan kita.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here