Berkedok Agama

0
0 views
Ilustrasi - Jangan bermuka dua dan munafik. (Ist)

Kamis, 17 Oktober 2024

Ef. 1:1-10.
Mzm. 98:1.2-3ab.3cd-4.5-6.
Luk. 11:47-54

ADA orang yang menampilkan diri dalam balutan kepalsuan dan kemunafikan karena ingin menjaga nama baik, jabatan, kehormatan, dan bahkan demi popularitas. Mereka berwajah ganda demi menjaga martabat palsu yang disematkan pada dirinya.

Kepalsuan berarti menutupi apa yang seharusnya dinyatakan adanya atau tidak menampilkan diri sejatinya. Sementara kemunafikan menyata dalam sikap, bicara, dan tindakan seolah-olah suci tetapi kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang dikemukakan.

Terhadap sikap demikian kecaman Yesus menjadi aktual dan mendalam. Sikap dan tindakan hidup hendaknya didasari oleh iman. Iman mendorong kita untuk berbuat kebaikan dan memberikan kehidupan bagi sesama.

Yesus mengecam kepalsuan dan kemunafikan. Kecaman itu menjadi lebih tajam karena ditujukan terhadap mereka yang diberi mandat untuk menuntun hidup sesamanya namun tidak dilakukan, dengan rupa-rupa argumen yang menyesatkan.

“Saya sangat salut dengan magister-ku dulu sewaktu saya hidup di novisiat,” kata seorang sahabat.

“Orangnya sangat cerdas dan banyak bakat, namun yang paling istimewa bagiku adalah keteladanannya.

Dia menginspirasi kami para novis dengan sikap dan perilakunya, hingga bagi kami tidak terlalu sulit melakukan apa yang dia harapkan.

Perhatian dan kasih sayangnya sangat tulus, tidak pura-pura, namun sungguh nyata menyentuh sampai ke dalam hati. Dia rela berkorban waktu, tenaga ketika kami ada yang sakit.

Bagiku beliau adalah teladan orang beriman yang sejati, tulus dan rendah hati memancarkan wajah Kristus dalam sikap dan perilakunya,” ujarnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Celakalah kamu, hai Ahli-ahli Taurat, sebab kamu telah mengambil kunci pengetahuan; kamu sendiri tidak masuk ke dalam dan orang yang berusaha untuk masuk ke dalam kamu halang-halangi.”

Dalam perikope ini, Tuhan Yesus mengecam dua kelompok masyarakat.

Pertama, kelompok orang Farisi. Yesus mengecam karena kehidupan keagamaan mereka yang terpisah dari kehidupan sehari-hari. Mereka merasa sudah benar hanya karena menaati peraturan agama.

Sementara dalam keseharian, mereka melakukan hal-hal yang jahat di mata Tuhan. Yesus menyebut mereka sebagai kubur yang tidak memakai tanda; orang-orang yang berjalan di atasnya tidak mengetahuinya.

Kedua, kelompok Ahli Taurat. Yesus mengecam mereka karena kehidupan keagamaan mereka yang justru diletakkan pada orang lain. Mereka mengkaji berbagai aktivitas rohani yang seharusnya dilakukan oleh umat Tuhan, tetapi mereka sendiri tidak tersentuh atau tidak melakukannya.

Mereka penuh dengan pengetahuan agama, tetapi mereka sendiri tidak mempraktikkannya.

Jadi, Yesus mengecam kehidupan keagamaan yang hanya membangun pengetahuan, tetapi tidak dilaksanakan di dalam kehidupan sehari-hari.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku melaksanakan apa yang aku ajarkan?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here