Renungan Harian
Selasa, 29 Juni 2021
Hari Raya St. Petrus dan Paulus
- Bacaan I: Kis. 12: 1-11.
- Bacaan II: 2Tim. 4: 6-8. 17-18
- Injil: Mat. 16: 13-19
PADA sebuah kesempatan perayaan ekaristi untuk warga senior (lansia) di paroki, setelah perayaan ekaristi diadakan acara ramah tamah dengan seluruh warga senior.
Dalam acara ramah-tamah, saya meminta beberapa warga senior untuk berbagi pengalaman bagaimana beliau mengisi waktu di usia yang sepuh ini.
- Ada yang bercerita bahwa beliau hari-harinya sibuk mengasuh cucu.
- Ada yang bercerita bahwa mengisi waktu dengan berkebun dan beternak.
- Namun ada pula yang mengatakan bingung mau buat apa, maka banyak waktu untuk menonton televisi dan berdoa.
- Ada seorang bapak yang bercerita bahwa beliau mengisi hari-harinya dengan mempersiapkan diri agar selalu siap bila saat dipanggil Tuhan.
Cerita bapak tadi mengundang senyum dan tawa para warga senior; bahkan ada yang menyeletuk bahwa sharing bapak itu serem.
Saya bertanya kepada beliau: “Mengapa bapak berpikir demikian dan apa yang bapak lakukan setiap hari?”
Bapak itu menjawab.
“Romo, saya ini pensiunan tentara. Dulu ketika saya masih aktif, sebagai militer tiada hari tanpa latihan, bahkan ketika saya menjadi komandan juga selalu mengajak anggota untuk selalu berlatih.
Kami berlatih setiap hari agar kami selalu siap apabila tugas negara memanggil. Kami berlatih keras agar dalam penugasan selalu berhasil dan tidak pulang tinggal nama.
Kami melatih fisik agar selalu prima, kami berlatih keterampilan militer agar selalu siap bertempur, kami berlatih taktik-taktik pertempuran.
Romo, bagi saya hidup ini juga berlatih dan berlatih agar pada saat Tuhan memanggil saya siap. Saya melatih fisik agar selalu sehat, saya berlatih mati raga agar bisa mengalahkan hawa nafsu, saya selalu belajar berdoa agar dapat berdoa dengan lebih baik dan yang paling penting saya berlatih untuk selalu peduli dengan orang lain sebagai wujud kasih kepada sesama. Begitu Romo, apa yang saya lakukan.”
Wow luar biasa apa yang dilakukan bapak itu. Bukan hanya apa yang dilakukan tetapi terlebih kesadaran akan tujuan hidupnya.
“Bapak, kalau Tuhan memanggil bapak sekarang apakah bapak sudah siap?,” tanya saya agak iseng.
“Siap, saya siap. Dari pihak saya, saya harus selalu siap, tetapi entahlah apakah Tuhan memandang saya siap atau tidak, itu bukan wewenang saya. Tugas saya menyiapkan diri dan harus siap,” jawab bapak itu.
Apa yang disyeringkan bapak itu menunjukkan pengalaman iman yang luar biasa. Kesadaran akan tujuan hidup dan kesadaran akan sarana-sarana yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan hidup itu, amat kuat dalam dirinya.
Pengalaman bapak itu menjadi cermin bagi saya untuk melihat hidup saya.
Sejauh mana saya sungguh-sungguh mengisi hidup untuk mempersiapkan diri mencapai tujuan hidupku.
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalan Surat Santo Paulus kepada Timotius bagaimana kesiap sediaan Santo Paulus bila saat Tuhan memanggil tiba.
Ia sudah mengolah hidup sedemikian rupa untuk mencapai tujuan hidupnya; sehingga tidak ada keraguan dan kekhawatiran sedikitpun bila waktunya tiba.
“Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir, dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, hakim yang adil pada hari-Nya; bukan hanya kepadaku, tetapi juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.
Bagaimana dengan aku?
Bagaimana aku mempersiapkan diriku agar aku siap bila saatnya tiba?