Puncta 03.12.20
Pesta St. Fransiskus Xaverius, Imam dan Pelindung Misi
Markus 16: 15-20
MEWARTAKAN iman di tanah misi butuh kekuatan, keteguhan dan semangat bernyala. Mental baja dan prinsip mandiri diperlukan agar bisa mengatasi segala rintangan, baik medan yang berat maupun budaya yang berbeda.
Santo Fransiskus Xaverius diutus untuk menjadi duta Paus di Hindia Timur. Masuk ke dalam jantung kehidupan orang Asia itulah yang dilakukan oleh Fransiskus Xaverius.
Ia menolak pemberian hadiah raja sebagai bekal. Hanya salib dan Kitab Suci yang menjadi bekalnya. Ia hidup sederhana dan mandiri di tengah umat yang dilayaninya.
Ia berpendapat, “Cara terbaik untuk memiliki kehormatan sejati adalah dengan mencuci pakaian sendiri, memasak sendiri dan tidak berhutang pada orang lain.”
Ia menggunakan waktu di kapal dengan merawat orang sakit, berkatekese, berkotbah dan menjadi pembimbing rohani yang baik.
Ia pandai berkotbah dan mengajar. Ia belajar bahasa lokal agar bisa berkomunikasi dengan orang-orang setempat.
Dengan begitu, banyak orang tertarik dengan ajarannya dan minta dibaptis. Ia senang berkunjung ke mana-mana, menjumpai umat dan memperkenalkan nilai-nilai Injil.
Dari Goa, Ia menyeberang ke Malaka.Tahun 1545 ia berkunjung di Maluku, Ambon, Ternate dan berjumpa dengan raja-raja setempat. Ia diterima dengan baik dan tinggal beberapa waktu memperkenalkan Yesus Kristus.
Perjalanan misinya sampai ke Jepang dan China. Ia meninggal di usia 46 tahun pada tanggal 3 Desember 1552. Dia diangkat menjadi pelindung misi bagi gereja semesta.
Sesudah bangkit Yesus memberi tugas misi kepada para murid-Nya, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.”
Perintah Yesus itu masih menggema sampai sekarang. Ada banyak tanah-tanah misi yang belum mengenal Injil. Ada banyak hati yang belum disentuh sabda Tuhan. Kita sebagai murid-Nya sekarang juga diutus untuk bermisi.
Selain mewartakan Injil, mengubah hati yang keras menjadi hati yang lembut, mengubah dendam menjadi bisa memaafkan itu juga bermisi.
Dua lele menu kemarin pagi.
Siang harinya menikmati sapo babi.
Kita semua dipanggil bermisi
Mewartakan Injil ke dalam hati.
Cawas, selamat bermisi…