Selasa, 24 Mei 2022
- Kis. 16:22-34.
- Mzm. 138:1-2a.2b-3.7c-8.
- Yoh. 16:5-11
SETIAP perpisahan selalu menimbulkan rasa sedih apalagi jika kita harus berpisah dengan orang yang sangat sudah lama bersama-sama memgarungi kehidupan ini.
Kedekatan yang terjalin seringkali melampaui ikatan persaudaraan karena hubungan darah.
Apalagi dalam perjalanan itu terjalin ikatan yang erat terkait pada pilihan hati. Sehingga seringkali kepada pribadi tertentu itu kita merencanakan untuk merangkai masa depan bersama, namun kemudian harus diakhiri.
Meski ada janji dan keinginan untuk selalu mendukung, menyertai dan mendoakan setiap waktu, namun keterpisahan itu sudahlah cukup menegaskan bahwa masing-masing punya jalan hidup yang harus dilalui dengan tanggungjawab masing-masing.
Perpisahan sering kali menjadi jalan terbaik untuk bisa melihat masa depan yang lebih luas, indah dan penuh kemungkinan baru.
Inilah yang juga dipikirkan dan dikatakan seorang bapak kepada sahabatnya yang telah lama bekerja bersama membangun usaha. Namun, kini harus berpisah karena tuntutan keluarga, hingga dia harus meninggalkan kantor itu.
“Kita bisa berpisah dan melanjutkan perjuangan masing-masing, namun kita tidak mungkin bisa menghapus apa yang telah termeterai di dalam hati kita, yakni keragaman dan kebersamaan di antara kita selama ini,” kata seorang bapak pada sahabatnya.
“Bagaimana mungkin saya akan melupakan kalian begitu saja,” sahut sahabatnya itu.
“Lebih dari lima belas tahun aku bersama-sama dengan kalian, menyerap semangat yang sama dan menjalani karya dengan rasa sedih dan gembira bersama. Pengalaman itu tidak mungkin akan terhapus begitu saja,” ujarnya lagi.
“Kita bisa berjalan berjauhan, namun kita tetap membawa dalam lubuk hati kita semangat dan cinta yang sama,”katanya.
“Saya yakin, dalam situasi yang tidak mudah kapan pun itu bisa terjadi pada kita, kita pasti ingat bahwa kita yang pernah berjuang bersama,” kata bapak itu.
“Demikian juga saya pun akan ingat kehadiranmu di saat-saat tertentu di mana peran sertamu selama ini tak kan bisa digantikan oleh orang lain,” lanjutnya.
“Meski kita tidak bisa berdampingan lagi, namun percayalah pengalaman bersama-sama yang pernah kita alami akan menjadi kekuatan yang meneguhkan kita,” sambungnya.
“Perpisahan ini, menjadi kenyataan yang sulit namun menjadi pilihan yang paling baik, bagi kita. Perpisahan ini membuat kita bisa menatap masa depan lebih mantap dan kita pun tetap bisa menjalin persaudaraan dan saling memberi dukungan,” kata bapak itu.
“Jalan ke depan masih panjang, masih harus diperjuangkan dengan hati yang lapang dan penuh sukacita meski kita tidak bersama,” imbuhnya.
“Lebih baik kita berpisah dengan cita-cita dan harapan yang jelas daripada kita bersama namun seakan jalan di tempat dan tanpa arah,” tegasnya.
“Masa depan menuntun kita untuk berani melepaskan masa lalu dan juga zona nyaman,” sambungnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.”
Dia yang dimaksud Yesus ialah Roh Kudus. Roh Kudus itulah yang akan membimbing dan mengarahkan tugas pewartaan kita.
Kita tidak perlu takut meninggalkan masa lalu atau orang-orang yang selama ini menjadi bagian rencana masa depan kita, karena Tuhan akan menuntun kita dan mengarahkan kita untuk mencapai apa yang terbaik bagi kita sesuai kehendak-Nya.
Tuhan Yesus tidak akan pernah meninggalkan kita, kendati Ia akan berangkat kepada Bapa sebagaimana yang diwartakan Injil hari ini.
Sebagai ganti-Nya, Tuhan akan mengutus Roh Kudus, Roh penolong, Roh pembimbing yang senantiasa setia dalam jalan hidup dan iman kita.
Maka kita tidak perlu cemas, apalagi takut. Yesus tetap berjanji akan bersama kita sampai akhir zaman dimanapun kita berada dan mengabdi pada Dia.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku merasakan pendampingan dan bimbingan Tuhan dalam jalan kehidupan yang tengah aku jalani?