Berpuasa untuk Mengasihi Tuhan

0
463 views
Ilustrasi: Dipanggil untuk Mengasihi. (Ist)

Jumat, 2 September 2022

  • 1Kor. 4:1-5.
  • Mzm. 37:3-4,5-6,27-28,39-40.
  • Luk. 5:33-39.

BERPUASA adalah tindakan untuk meningkatkan kesadaran bahwa manusia sangat bergantung pada Tuhan, dan sangat membutuhkan kehadiran Tuhan.

Kedekatan dengan Tuhan membuat kita menemukan kekuatan untuk sehati dan seperasaan dengan-Nya.

Puasa bukan soal tidak makan dan minum, tetapi bagaimana hati kita dipenuhi kegembiraan karena kehendak Tuhan tumbuh dan menjiwai kita.

Berpuasa juga dapat dimaknai sebagai usaha menemukan terang dan pencerahan dari Tuhan untuk memulai suatu karya, meminta berbagai karunia serta pengampunan yang membawa pembaruan hidup serta sukacita.

“Saya tidak bisa mengikuti misa lingkungan, karena besok itu di jam yang sama kami sekeluarga doa novena hari ke-7,” kata seorang ibu.

“Saya tidak ingin novena saya batal, bolong-bolong tidak utuh sembilan hari,” lanjutnya.

“Bukankah misa lebih penting dari novena,” sahut temannya.

“Semua doa penting, saya tidak menganggap novena lebih penting daripada ekaristi, saya hanya ingin utuh mendoakan novena sembilan hari,” ujar ibu itu.

“Saya tahu ekaristi adalah puncak hidup orang kristiani, namun mendoakan novena itu juga sebuah doa,” paparnya.

“Alangkah baiknya jika kita mendoakan novena namun juga tidak meninggalkan perayaan ekaristi, dua-duanya bisa dijalankan,” sela temannya.

“Bisa saja, namun saya merasa mantap jika mendoakan novena di waktu yang sama setiap hari selama.sembilan hari berurut-turut,” tegasnya.

“Novena, pantang, puasa, baca kitab suci adalah praktek kesalahan yang tidak menggantikan ekaristi,” ujarnya.

“Bukan pada apa yang kita lakukan baik melalui novena, pantang, puasa, baca kitab suci melainkan betapa kesungguhan hati kita dalam menangkap kehendak Tuhan,” urainya.

“Setelah melalui aneka bentuk kesalehan itu, kita bisa meletakkan hati kita pada perayaan ekaristi, sebagai puncak perayaan iman kota,” jelasnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

Orang-orang Farisi itu berkata pula kepada Yesus:

“Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan minum.”

Penting bagi kita adalah mengubah paradigma dan semangat hidup kita.

Masih banyak orang yang mati-matian berpegang teguh pada aturan. Sehingga jika melakukan praktek keagamaan sedikit berubah dari kebiasaan sudah merasa sangat berdosa.

Puasa dan praktek kesalehan rohani dijalaninya dengan rajin, disiplin. Tradisi dipegang teguh tanpa sedikitpun ada celanya.

Namun sayang seringkali semuanya itu dijalankan hanya demi aturan, orang tidak lagi memahami dan menghayati apa yang dilakukan itu dengan baik.

Kita melakukannya tidak hanya karena aturan tapi karena membawa kita makin dekat dekat dengan Tuhan.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku menjalankan hidup keagamaanku dengan benar?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here