Minggu, 01 Mei 2016
Minggu Paskah VI
Kis 15:1-2.22-29; Mzm 67:2-3.5.6.8; Why 21:10-14.22-23; Yoh 14:23-29
Yesus bersabda, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu!”
INJIL hari ini membawa kita kembali pada suasana Perjamuan Malam Terakhir. Kita mengambil tempat bersama keduabelas Rasul yang berkumpul mengelilingi meja suci bersama Tuhan Yesus Kristus.
Kita dengarkan sabda-Nya. Ia berkenan memberikan damai kepada para murid-Nya dan kepada kita. Yesus bersabda, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu!”
Sesungguhnya, Yesus tak hanya berkenan memberikan damai sejahtera kepada kita tetapi juga mengutus kita menjadi pembawa damai kepada segala makhluk.Damai kekal abadi. Berakar dalam hati, mengalir dalam keluarga, komunitas, dan seluruh bangsa.
Damai itu datang dari pengenalan tanpa keraguan bahkan saat kita melawan Dia, Ia selalu siap mengampuni kita dengan kerahiman-Nya. Hanya karena Ia telah memberikan damai ini kepada kita, dengan memberikan kita iman dalam kasih, kerahiman dan perutusan-Nya, Ia mengutus kita mewartakan damai-Nya juga dalam masyarakat kita. Damai-Nya tidak rentan sebab berbasis pada kasih, kerahiman dan perutusan-Nya yang bersifat abadi.Damai itulah yang kita butuhkan dalam setiap tragedi dan sukacita, juga dalam kegagalan maupun keberhasilan kita.
Bagaimana kta bisa membawa damai itu saat ini? Kita dalam melakukannya bersama Bunda Maria, Bunda Kerahiman. Bersama Bunda Maria, kita dapat menjadi saksi kerahiman yang damai dan damai yang penuh kerahiman di tengah masyarakat kita dengan membangun budaya hidup rohani di tengah masyarakat. Kita bisa membangun budaya hidup rohani di tengah masyarakat salah satunya – yang terbaik – dengan gerakan Adorasi Ekaristi Abadi.
Ricardo Kardinal Vidal, saat masih memangku jabatan pelayanan sebagai Uskup Agung Keuskupan Agung Cebu, Filipina menulis, “Berikut ini adalah pesan Bunda Maria: Kemenangan Hati Maria yang Tak Bernoda adalah Kerajaan Ekaristis Puteranya. Dan Kerajaan Ekaristis Yesus melalui Adorasi Ekaristi Abadi di setiap paroki akan menghadirkan Era yang baru.”
Bagi saya, gerakan Adorasi Ekaristi Abadi di Paroki merupakan bentuk nyata kesaksian kita bersama Bunda Kerahiman Ilahi dalam menjadi saksis kerahiman yang setia dengan membangun budaya hidup rohani di tengah masyarakat. Dalam Adorasi Ekaristi Abadi, kita membangun budaya hidup rohani terus-menerus di tengah umat dan masyarakat.
Lagi, Kardinal Vidal menulis, “Yesus akan menyatakan Kerajaan-Nya hanya bila kita menyatakan bahwa Dia adalah Raja dengan memberi Dia cinta dan rasa hormat yang benar-benar layak Ia terima dan inginkan melalui Adorasi Ekaristi Abadi. Saya tidak mengerti mengapa orang harus meragukan dan mempertanyakannya. Satu-satuna pihak yang tidak inginYesus dihormati siang dan malam, melalui Adorasi Ekaristi Abadi, dan satu-satunya yang akan melakukan apa saja untuk mencegahnya, adalah Setan sendiri.”
Bersama Bunda Maria kita semua dipanggil untuk menjadi pembawa damai dan kerahiman dalam kehidupan bersama. Yesus Kristus telah memberikan damai sejahtera kepada kita saat menyerahkan nyawa-Nya pada kayu salib dan setiap kali kita sambut dalam Ekaristi Suci dan kita sembah dalam Adorasi Ekaristi. Itulah damai sejahtera yang diberikan Yesus kepada kita. Kita pun bisa menjadi saksi kerahiman bersama Bunda Maria bersumber dari Ekaristi dan Adorasi.
Bunda Maria yang adalah Bunda Sakramen Mahakudus juga disebut Bunda Kerahiman. Dalam Bulla “Misericordiae Vultus” (MV)-nya, Paus Fransiskus menulis, “Pikiran saya sekarang beralih kepada Bunda Kerahiman. Semoga kemanisan roman mukanya mengawasi kita di Tahun Suci ini, sehingga kita semua dapat menemukan kembali sukacita kelembutan Allah. Tidak ada yang telah menembus misteri mendalam dari Penjelmaan seperti Maria. Seluruh kehidupannya terpola setelah kehadiran kerahiman yang menjadi manusia. Bunda dari Dia yang Tersalib dan Bangkit telah memasuki tempat kudus kerahiman ilahi karena ia ikut serta secara intim dalam misteri kasih-Nya.” (MV 24, alinea 1).
Bunda Maria adalah Bunda Kerahiman, sebab Bunda Maria telah mengandung dan melahirkan Putra Allah yang Mahatinggi yang menjelma menjadi manusia dalam Yesus Kristus. Wajah kerahiman Bapa hadir di dunia berkat ketaatan Bunda Maria, maka “kerahiman telah menjadi hidup dan kasat mata dalam Yesus dari Nazaret, mencapai puncaknya dalam diri diri-Nya. … Yesus dari Nazaret, dengan kata-kata-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya, dan seluruh pribadi-Nya menyatakan kerahiman Allah.” (MV 1).
Peranan Bunda Maria dalam menaburkan, membentuk, mengasuh, dan merawat karakter Yesus Kristus, sejak dalam rahimnya yang suci dan lembut, hingga bertumbuh menjadi sosok pribadi yang menghadirkan wajah kerahiman Allah di kemudian hari. Memang dan tentu, karya Allah Bapa sendirilah semua itu, namun tak bisa dimungkiri bahwa peranan Bunda Maria sangat besar, vital dan istimewa di dalamnya.
Dan Paus Franiskus pun menulis, “Dipilih untuk menjadi Bunda dari Putra Allah, Maria, sejak awal, dipersiapkan oleh kasih Allah untuk menjadi Tabut Perjanjian antara Allah dan manusia. Ia menyimpan kerahiman Ilahi dalam hatinya dalam keselarasan yang sempurna dengan Putranya Yesus. Kidung pujianya, yang dinyanyi8kan di ambang rumah Elisabet, didedikasikan bagi kerahiman Allah yang membentang dari ‘generasi ke generasi’ (Luk 1:50). Kita juga termasukkan dalam kata-kata nubuatan Perawan Maria. Ini akan menjadi sebuah sumber penghiburan dan kekuatan bagi kita karena kita melintasi ambang Tahun Suci untuk mengalami buah-buah kerahiman ilahi.” (MV 24, alinea 2).
Bunda Maria sebagai Bunda Kerahiman menghayati peranan dan panggilannya tak hanya pada saat menerima kabar gembira bahwa ia akan mengandung Putra Allah yang Mahatinggi yang harus diberinya nama Yesus; melainkan juga hingga saat harus menanggung duka derita menyaksikan Putra Allah yang Mahatinggi itu ternyata harus mati dengan cara yang paling mengerikan di antara seluruh umat manusia dengan disalibkan di puncak Golgota.
Paus Fransiskus menulis, “Di kaki salib, Maria, bersama-sama dengan Yohanes, sang murid terkasih, menyaksikan kata-kata pengampunan yang diucapkan oleh Yesus. Ungkapan tertinggi kerahiman ini terhadap orang-orang yang menyalibkan Dia menunjukkan kepada kita titik yang kepadanya dapat dicapai kerahiman Allah. Maria membuktikan bahwa kerahiman Putra Allah tidak mengenal batas dan meluas kepada semua orang, tanpa kecuali.” (MV 24, alinea 3).
Tuhan Yesus Kristus,terima kasih Engkau menganugerahi kami damai dan kerahiman. Semoga kami setia menjadi saksi kerahiman dan damai kepada sesama bersama Bunda Maria. Santa Maria, Bunda Kerahiman Allah, terima salam dan hormat kami, janganlah pernah lelah memutar matamu yang penuh kerahiman kepada kami, orang yang berdosa ini, dan membuat kami layak untuk merenungkan Sang Wajah Kerahiman Allah, Putramu sendiri, Yesus Kristus. Doakanlah kami ya Santa Maria, Bunda Kerahiman Allah, sekarang dan sampai pada waktu kami mati. Amin.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)