Kamis 7 September 2023.
- Kol. 1:9-14.
- Mzm. 98:2-3ab,3cd-4,5-6.
- Luk. 5:1-11
SETIAP orang tentu memiliki cita-cita untuk berhasil dalam hidup, meskipun dalam perjalanannya kita kerap kali mengalami kegagalan.
Kegagalan membuat sebagian orang mungkin merasa bahwa mereka tidak mampu.
Mereka merasa bahwa mereka tidak pantas mendapatkan apa yang mereka impikan.
Padahal, kenyataannya, kegagalanlah yang dapat mengantarkan kita pada kesuksesan atau keberhasilan.
Ketika mengalami kegagalan, lantas bukan membuat kita harus menyerah, justru membuat kita bangkit.
Menguasai kegagalan merupakan hal penting supaya kita tidak terpuruk dan hanya meratapi kegagalan yang ada.
Kegagalan bisa menghancurkan dan membuat kita merasa sangat sedih dan kecewa.
Tetapi tidak ada yang dapat membangun karakter lebih baik daripada saat-saat kegagalan yang menerpa kita.
Ketika kita gagal, kita belajar untuk bertanggung jawab atas tindakan kita.
Kita mendapatkan tanggung jawab atas keputusan kita, dan kita memiliki pengetahuan yang cukup untuk bekerja lebih cerdas di lain waktu.
Kegagalanlah yang membuat kita belajar menjadi orang yang lebih kuat.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
Simon menjawab: “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.”
Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak.”
Simon Petrus tidak dapat menangkap ikan satu pun walau sudah bekerja sepanjang malam padahal dia berlatar belakang nelayan.
Terbukti pengalaman cukup lama di bidang perikanan tidak menjamin dia meraih suatu keberhasilan.
Latar belakang kita dengan segala macam kemampuan dan talenta, kepandaian, kedudukan, kekayaan tidak dapat diandalkan untuk meraih keberhasilan jika Tuhan tidak ikut campur tangan.
Itu sebab-nya kita tidak perlu sombong dengan keberhasilan kita!
Simon benar-benar merasa tidak layak hingga dia merendahkan diri melihat kenyataan bahwa Yesus sanggup membuat mukjizat lalu dia memuliakan-Nya.
Terbukti keberhasilannya bukan karena kemampuan diri sendiri tetapi karena Yesus.
Perlu kita ingat, banyak orang menerima berkat melimpah, namun kemudian tidak lagi lebih mendekat kepada Tuhan tetapi justru lupa kepada si Pemberi berkat bahkan menyalahgunakan berkat yang mereka terima.
Pengalaman diselamatkan dari kegagalan itulah yang memasuki hati Petrus hingga dia bersama rekan-rekan rela meninggalkan pekerjaan dan mengikuti Yesus.
Harus diakui selama masih hidup di dunia, kita pasti mengalami jatuh bangun dalam kegagalan tetapi yakinlah bila kita taat melakukan Firman Tuhan, kita pasti diberkati untuk menjadi berkat bagi orang lain.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku mau mengubah kegagalan menjadi Keberhasilan?