2 Sam 12:1-7a, 10-17dan Mrk 4:35-41
Beberapa poin bisa kita renungkan dalam bacaan-bacaan suci hari ini:
Kita membutuhkan Natan zaman ini untuk menegur dan menasihati jika kita keliru dan salah. Allah yang Maharahim akan selalu berbelaskasih kepada kita yang mau berbalik kembali kepada-Nya.
Hidup kita ini sebuah pelayaran dengan biduk menuju ke pelabuhan di tepian yang baru. Yang menarik adalah Tuhan Yesus tak membiarkan kita sendirian: “Marilah kita bertolak ke seberang.”
Kita ada dalam perahu kehidupan kita yang mengarungi lautan dunia ini. Tak selamanya laut itu teduh, dan tidak pernah selalu penuh badai. Yesus tak pernah menjanjikan pelayaranmu tanpa badai, yang Yesus janjikan adalah “Aku menyertai kamu sampai akhir zaman.”
Sangat sering kita tidak menyadari kehadiran Allah dalam hidup kita, terutama kita mengalami sukacita, “laut hidup kita tenang dan damai.”
Kita baru terkejut dan berteriak minta tolong kepada Tuhan ketika kita mengalami badai: “Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?”
Yesus dilukiskan tidur di buritan kapal. Sebenarnya bukan Yesus yang tidur, melainkan kita yang “tidur” dan tidak menyadari kehadiran Tuhan Yesus dalam setiap persoalan hidup kita.
Yesus adalah Raja semesta alam. Angin dan danau taat kepada-Nya. Yesus menghardik angin dan danau: “Diam. Tenanglah.”
Yesus kecewa dengan iman para murid. Kita sering takut dan kurang percaya kepada Tuhan.
Ada banyak pengalaman kita yang menceritakan penyertaan Tuhan dalam hidup kita, terutama di tengah badai yang melanda biduk kehidupan kita. Kita mesti yakin dan percaya: Bersama Yesus, badai pasti berlalu.