“Karena mereka menyangka bahwa Yesus ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu baru mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan. Karena tidak menemukan Dia, kembalilah orang tua Yesus ke Jerusalem sambil terus mencari Dia.” (Luk 2, 44-45)
SEORANG teman imam pernah sharing tentang orang tuanya. Mereka pergi berboncengan motor menuju Purwokerto. Dalam perjalanan, mereka berhenti di pom bensin. Istrinya turun dan bapak itu membeli bensin. Setelah menutup tangki bensin dan membayar, bapak menghidupkan motor, kemudian berjalanlah. Sambil berjalanlah, bapak itu ngajak omong istrinya. Karena tidak ada jawaban, bapak itu mengeraskan volume suaranya agar istrinya mendengar. Namun demikian, istrinya tetap tidak menjawab. Bapak itu penasaran dan berusaha menepuk istrinya. Betapa kagetnya, ketika istrinya tidak ada di boncengan. Bapak itu sudah berjalanlah lebih dari satu kilometer dari pom bensin. Akhirnya bapak itu kembalilah dan menemukan istrinya masih duduk di pom bensin. Bapak itu menyangka bahwa istrinya sudah bonceng. Ternyata sangkaannya keliru.
Banyak orang pernah keliru atau salah, karena mereka hanya menyangka, menduga atau mengira-ira. Banyak sangkaan sering keliru, banyak dugaan sering meleset, banyak perkiraan sering tidak tepat karena hal itu hanya berdasar pengandaian dan bukan berdasar data atau fakta, seperti dialami Yusup dan Maria.
Banyak orang berhenti pada sangkaan, dugaan atau perkiraan. Mereka tidak sampai pada tindakan untuk memastikan. Banyak orang harus menanggung konsekuensi atau akibat dari melesetnya dugaan atau kelirunya sangkaan, entah rasa malu atau cemas. Bahkan orang harus menanggung kerugian yang tidak sedikit atau pengorbanan yang tidak kecil akibat sangkaan yang keliru.
Mari berusaha bersikap dan bertindak atas dasar data dan fakta yang pasti dan bukan berdasar sangkaan, dugaan atau perkiraan agar kira tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Teman-teman selamat siang dan selamat berlibur. BD.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)