Minggu, 3 Juli 2016
Minggu Biasa XIV
Yes 66:10-14c; Mzm 66:1-3a.4-5.6-7a.16.20; Gal 6:14-18; Luk 10:1-12.17-20
Sekali peristiwa Tuhan menunjuk tujuh puluh murid. Ia lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. … Sesudah menyelesaikan perutusannya, ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira, dan berkata: Tuhan, setan-setan pun takluk kepada kami demi nama-Mu. Lalu kata Yesus kepada mereka: janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu terdaftar di surga.”
ADA banyak topik yang bisa kita refleksikan dalam bacaan Injil hari ini. Untuk refleksi kita hari ini, mari kita fokuskan pada bagian bacaan Injil tentang Yesus yang menunjuk tujuh puluh murid dan mengutus mereka seperti domba ke tengah serigala untuk mewartakan kasih, damai-sejahtera dan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Sesudah melaksanakan perutusan itu, mereka kembali kepada Yesus dengan sukacita. Yesus meneguhkan mereka untuk bersukacita karena Allah saja yang telah mencatat nama mereka di surga. Apa yang bisa kita renungkan?
Pertama, Yesus menunjuk tujuh puluh murid lain dan mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Pada zaman Yesus, angka tujuh puluh merupakan angka yang penuh makna sebab angka itu menunjuk pada segala bangsa di seluruh dunia (bdk. Kejadian 10:1-32; Keluaran 1:5). Dalam Kitab Bilangan, Nabi Musa memilih tujuh puluh pemimpin untuk membantunya dalam tugas kepemimpinan terhadap umat dari padang gurun menuju tanah terjanji (Bilangan 11:16-17,24-25).
Maka dengan menunjuk tujuh puluh murid, Yesus mengantisipasi pewartaan Injil ke seluruh dunia. Yesus, sebagai Musa Baru, memilih tujuh puluh murid untuk membantu-Nya dalam tugas kepemimpinan membawa umat menuju tanah perjanjian baru melalui padang gurun dunia ini.
Kedua, Yesus mengutus mereka berdua-dua seperti domba ke tengah serigala. Itu berarti, tentu, bahwa pewartaan Kabar Gembira dan mengalami kebenaran menuju iman tidaklah tanpa pencobaan dan kesulitan. Namun, mereka tidak perlu takut, sebab betapapun, Ia menjamin mereka bahwa Allah selalu bersama mereka setiap saat. Itulah sebabnya pula, Yesus bersabda, “Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut.”
Ketiga, sesudah menjalankan tugas perutusan mereka, ketujupuluh murid itu kembali kepada Yesus dengan sukacita. Yesus meneguhkan mereka untuk bersukacita dalam Allah saja, sebab nama mereka telah terdaftar di surga.
Apa makna dan relevansi kisah Injil tersebut bagi kita sekarang ini? Pertama, Kerajaan Allah ditujukan dan dibuka untuk semua orang dari segala bangsa. Kabar Baik adalah untuk semua orang dari segala bangsa.
Kedua, sebagaimana Yesus mengutus ketujupuluh murid, kini Ia mengutus kita pula untuk mewartakan kasih, damai-sejahtera dan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Kita pun dipanggil untuk menghadirkan kasih, damai-sejahtera dan kerahiman-Nya dalam perjumpaan kita dengan sesama. Kita diutus menggunakan semua talenta kita untuk mewartakan Kabar Baik dalam dunia ini.
Ketiga, kita pun diutus laksana domba ke tengah serigala, namun kita tidak perlu takut sebab Ia selalu beserta kita. Bahkan, Ia selalu bersama kita “seperti seorang ibu yang menopang anaknya” (bdk. Yesaya 66:13). Ia menuntut dan meminta kita untuk pergi dalam nama-Nya, namun Ia juga menjamin hidup kita. Itu membuat kita bersukacita dalam Tuhan Allah, meski ada banyak tantangan dan kesulitan menghadang kita.
Di akhir perayaan Ekaristi, kita selalu diberi mandat perutusan itu. Perayaan Ekaristi sudah selesai. Pergilah dengan damai, kita diutus. Dengan penuh syukur kita pun menjawab: Amin. Artinya, kita siap menjalankan tugas perutusan itu.
Dalam Adorasi Ekaristi Abadi, sementara bersembah sujud di hadirat Yesus Kristus, kita menyadari bahwa kita juga dipilih dan diutus untuk pergi dan melayani semua orang. Kita mohon pada-Nya agar menguatkan kita hingga kita dapat melaksanakan tugas itu dengan cinta dan kesederhanaan kita, penuh belas kasih dan damai, tanpa pamrih dan muslihat. Apakah kita menyadari bahwa Yesus Kristus juga mengutus kita dengan sukacita mewartakan sabda Allah kepada dunia, tanpa mengharapkan imbalan?
Tuhan Yesus Kristus, terima kasih karena memilih dan mengutus kami untuk mewartakan kasih, kerahiman dan keselamatan-Mu kepada dunia. Sementara menjalankan tugas perutusan ini, kami juga menyadari bahwa sumber sukacita kami yang sejati selalu datang dari pada-Mu yang telah menyelamatkan kami. Terima kasih karena meneguhkan kami bahwa Engkau memiliki segala daya kuasa yang mengatasi kejahatan, termasuk kuasa setan dan roh-roh jahat yang berkonspirasi untuk melawan kami. Bantulah kami dengan setia mewartakan kebenaran dan belas kasih kerahiman-Mu ke mana pun kami pergi kini dan selamanya. Amin.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)