Renungan Harian
Rabu, 24 November 2021
Bacaan I: Dan. 5: 1-6. 13-14. 16-17. 23-28
Injil: Luk. 21: 12-19
“ROMO, kalau saya melihat perjalanan karir kerja, satu hal yang paling saya syukuri adalah bahwa saya pada masa itu berani untuk tidak ikut-ikutan teman.
Pada awal saya kerja, saya kenal, kemudian menjadi akrab dan bersahabat dengan empat orang teman kerja.
Kami selalu menyebut diri Geng Pandawa, karena kami berlima cowok semua.
Keempat teman ini bagi saya adalah orang-orang hebat. Mereka adalah lulusan dari perguruan tinggi ternama di negeri ini dan perguruan tinggi luar negeri.
Cara berpikir dan cara bicara mereka menunjukkan kualitas diri mereka sedangkan cara bekerja mereka juga luar biasa.
Berteman dan bersahabat dengan mereka, membuat saya banyak belajar sehingga memacu kinerja saya.
Dalam bekerja, kami sering saling membantu sehingga menjadikan persahabatan kami semakin baik.
Setiap akhir pekan kami selalu bersama untuk sekedar ngopi dan ngobrol-ngobrol; maklum kami semua adalah bujangan dan perantau di kota ini.
Hampir tidak pernah kami lewatkan akhir pekan untuk pergi bersama kecuali ada yang sakit atau keperluan amat penting.
Seolah-olah menikmati akhir pekan bersama menjadi prioritas kami
Kebiasaan nongkrong hanya sekedar minum kopi, menjadi minum bir dan minum-minuman keras. Saya masih bisa minum bir, tetapi menolak setiap kali saya ditawari minuman keras.
Mereka selalu membujuk saya untuk mencoba demi persahabatan; tetapi saya selalu menolak.
Mereka selalu mengejek-ejek saya dari kata yang biasa sampai kata-kata yang amat kasar.
Saya selalu mengatakan bahwa saya tidak keberatan mereka minum minuman keras tetapi jangan paksa saya.
Mereka tidak keberatan dengan sikap saya. Jadi kalau kumpul-kumpul mereka minum minuman keras, akan minum jus atau minuman ringan lain.
Saya tidak tahu persis mulai kapan tetapi saya merasakan ada sesuatu yang berbeda. Saya merasa ada sesuatu yang mereka sembunyikan dari saya.
Saya tahu beberapa kali mereka pergi bersama tetapi tidak di akhir pekan. Beberapa kali saya tanyakan mereka menjawab bahwa mereka tidak pergi bersama atau kali lain menjawab itu urusan pekerjaan.
Saya tidak terlalu memusingkan hal itu, karena setiap akhir pekan kami masih selalu pergi bersama.
Namun lama kelamaan mereka mengatakan bahwa amat sibuk sehingga tidak bisa kumpul-kumpul lagi; saya bisa mengerti alasan mereka.
Akhirnya kami amat jarang kumpul-kumpul lagi.
Sampai suatu kali saya mendengar kabar yang mengejutkan bahwa keempat teman saya itu ditangkap polisi di salah satu kamar kos teman saya karena kasus penggunaan narkoba.
Saya amat terkejut mendengar hal itu. Lebih terkejut lagi mendengar bahwa ternyata mereka sudah lama menggunakan narkoba. Saya berpikir bahwa mereka menggunakan narkoba sejak mereka mulai menghindar dari saya.
Kejadian itu sungguh-sungguh menghancurkan karir mereka yang cemerlang dan terlebih menghancurkan hidup mereka.
Mereka orang-orang yang saya kagumi, mereka orang-orang yang hebat tetapi hancur karena kesalahan mereka dalam memilih,” seorang bapak berkisah.
Keberanian bapak itu untuk bertahan dari ajakan sahabat-sahabatnya dengan resiko menanggung ejekan-ejekan dan bahkan disingkiri oleh sahabat-sahabatnya.
Ketangguhan untuk bertahan yang membawa pada keselamatan dirinya. Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Lukas:
“Kalau kalian tetap bertahan, kalian akan memperoleh hidup.”
Bagaimana dengan aku? Apakah aku berani bertahan di jalan kebenaran?