Bertobat dalam Kondisi Sakratul Maut

0
326 views
Ilustrasi -- Bertobat tinggalkan masa lalu yang kelam (Ist)

BAPERAN-BAcaan PERmenungan hariAN.

Selasa, 24 Agustus 2021.

Tema: Katolik Diaspora.

  • Bacaan WhyY21: 9b-14.
  • Yoh 1; 46-51.

PENANTIAN adalah sebuah kabar sukacita. Penantian juga sebuah perjuangan penuh harapan. Untuk apa yang kita rindukan.

Dalam iman, itu berarti Yerusalem baru. Tujuan hidup sesudah di dunia.

Penantian kadang dirasa, saat orang berjumpa dengan Tuhannya sendirian. Baik dalam keadaan sehat. Namun terlebih dalam keadaan sakit.

Ada sebuah kesadaran bahwa ia adalah manusia lemah. Tak jarang pengalaman keberdosaan mengusik hidupnya.

Dalam keadaan seperti itu, biasanya ia menyadari diri sebagai makhluk yang membutuhkan jamahan, pertolongan Tuhan.

Iman menyadarkan kita bahwa kesementaraan di dunia ini akan berlalu. Dan kita semua dengan utuh dan penuh memasuki Yerusalem baru, Kota Kudus.

Diaspora

“Romo, ayah saya sakit. Kecelakaan. Ayah rasanya ingin dibaptis.”

Seorang bapak tergeletak tak berdaya. Sang anak sempat menelpon saya untuk minta pendapat apakah harus dibantu dengan pemasangan alat pernafasan.

Sebaiknya jangan, kendati ada kemungkinan bahwa ayah pulih. Di rumah sakit dan dalam keadaan tak berdaya, ia masih dapat mendengarkan dan berbicara.

“Papa, saya dengar mau dibaptiskah?”

Secara pelan sang ayah berkata dengan berkisah.

“Saya dulu di sekolah Katolik. Di daerah Bandung, Mo. Saya belajar agama dan mau dibaptis. Namun, karena saya bekerja keras, sehingga tidak sempat merawat iman saya. Saya kurang menampakkan diri dalam lingkungan komunitas Katolik.

Namun, hati kecil saya tetap ingin berdoa dan saya tetap merasa diri Katolik.

Saya selalu berdoa. Saya percaya Yesus Tuhan. Saya jarang sekali ke gereja. Saya merasa tidak pantas. Tetapi akhir-akhir ini, hati saya semakin tergugah untuk sedekat mungkin lagi dengan Tuhan. Sekarang dengan kecelakaan lalu lintas, saya mohon doa Romo,” pintanya sangat.

Isterinya telah meninggal terlebih dahulu. Anak-anaknya ada yang Katolik, ada yang Kristen. Semua mengakui Yesus sebagai Tuhan.

Dalam Tuhan.

“Saya sudah Katolik Romo, sejak SMP. Dan saya akan tetap Katolik sampai Tuhan memanggil saya. Hanya saja, saya jarang ke gereja. Saya malu,” kisahnya.

Kami berdoa dan kemudian memberi Sakramen Perminyakan Orang Sakit.

Dalam kesakitan karena ada pendarahan otak, ia berusaha melihat dan menjawab beberapa pernyataan iman dan pengharapan.

Tertatih-tatih ia mengungkapkan imannya. 

Yang menarik, kendati dari pengakuannya jarang ke gereja, tetapi ia bisa berdoa spontan. Sebuah doa yang memohon penyembuhan dari Tuhan dan sebuah pengharapan bahwa ia akan mulai lagi berjalan bersama Tuhan dalam iman.

Besoknya, papa ini meninggal.

Ia sosok manusia penggembara. Ia tetap percaya akan baptisan yang baru saja dia terima. Perjuangan hidup telah menyuramkan imannya.

Ia setia. Ia tetap memelihara cintanya pada isterinya. Ia tidak berkeinginan untuk berumahtangga lagi, sejak isterinya meninggal. Ia ingin hidup damai bersama anak-anaknya dan itulah yang dia alami.

Kepercayaan yang membawa penyerahan

Terus terang dan sejujurnya, saya tidak mengenal bapak ini. Setelah beliau meninggal, saya mengalami betapa Tuhan mendewasakan iman anaknya untuk tetap memiliki iman yang tangguh dan berbelarasa.

Keluarga mereka bahagia dan berkecukupan.

Sang putera bersama keluarganya rajin berhimpun merayakan ekaristi. Mereka selalu mengikuti ekaristi bersama. Mereka suka duduk bersama sederet di bangku yang sama.

Dan yang membuat saya kagum adalah keluarga ini selalu dengan gembira mengulurkan tangan bagi mereka yang membutuhkan.

Sering, ia berkata, “Romo kami ada sedikit rezeki. Semoga membantu pelayanan Romo.”

Saya yakin dan percaya akan hal ini. Kalau orang mengalami kegembiraan karena berbagi, maka semua itu tak lepas dari didikan dan pengaruh orangtuanya.

Saya percaya, kebiasaan baik mereka itu terjadi karena warisan petuah orangtua.

Orangtualah yang pertama dan terutama mengajari kepada anak-anaknya apa itu kebaikan.

Sebagai peneguh, Yesus berkata, “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada Kepalsuan di dalamnya.” ay 47b.

Tuhan, sesulit apa pun hidup kami, teguhkanlah iman kami. walau secara batin. Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here