Rabu, 26 Januari 2022
- 2Sam. 7:4-17.
- Mzm: 89:4-5.27-28.29-30.
- Mrk. 4:1-20
KESEMPATAN bertumbuh dan berbuah diberikan Allah dengan leluasa bagi semua orang.
Benih kebaikan itu ditaburkan ke dalam hati kita sebagai sebuah anugerah.
Ada orang yang dengan mudah menangkap dan mengembangkan berkat Allah itu. Namun juga ada banyak orang yang harus berjuang dengan keras untuk menumbuhkan anugerah Allah yang mereka terima dalam hidupnya.
“Saya selalu percaya bahwa di balik kelemahan yang saya terima dalam hidup ini, Tuhan memberikan daya kekuatan lain untuk bisa menghidupi diriku sendiri,” kata seorang bapak yang lahir buta.
“Maka saya bisa membuat pukat dan kerajinan tangan yang lain, karena dalam kegelapan mata, tangan dan kakiku jadi pemandu untuk melakukan banyak hal,” lanjutnya.
“Saya menghidupi anak dan membiayai sekolah mereka dengan membuat pukat ini. Dulu sebelum menikah saya sempat ragu, apakah saya bisa menghidupi keluargaku nanti. Dan nyatanya Tuhan itu tidak hanya menciptakan kita namun juga memelihara kehidupan kita,” ujarnya.
“Dari kecil orang tuaku selalu berpesan meski saya punya kekurangan, supaya tidak pernah membiarkan orang lain menentukan masa depanku,” ujarnya.
“Kemampuan untuk bisa berbuat sesuatu seperti orang kebanyakan ini, berawal dari keyakinan pada diri sendiri akan bisa mencapai sesuatu yang berguna,” jelasnya.
“Dengan kelemahan yang tampak jelas dalam tubuhku, saya harus tekun dan selalu yakin bisa menghidupi diriku sendiri,” urainya.
“Dengan berani mengambil risiko untuk menekuni keterampilan yang ada, sejak awal saya selalu sadar bahwa saya perlu berjuang keras, saya harus mengalahkan kemalasan,” katanya lagi.
“Lakukan sesuatu yang tidak nyaman karena dari situlah kita bisa terus berkembang dan mencapai prestasi yang jauh dari jangkuan banyak orang,” tutupnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur
Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis
Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat.”
Setiap tanah bisa menumbuhkan benih. Namun, kemampuan menghasilkan buah sangat tergantung pada kualitas tanah.
Hendaknya kita menjadi tanah yang baik atau tanah yang subur, sehingga benih yang tertabur dapat tumbuh, berkembang dan menghasilkan buah yang berlipat-lipat.
Tanah yang baik adalah tanah yang tidak banyak semak-duri, tidak berbatu atau keras tetapi tanah yang gembur sehingga benih dapat cepat bertumbuh dan dan mengakar kuat.
Bagaimana dengan diriku?
Ibarat tanah, kualitas tanah macam apa hatiku ini?