Biara Rubiah Karmel “Flos Carmeli” Batu: Kecipir Mrambat Kawat, Apa Kuat Tahan Uji?

0
1,135 views
Para susterBiara Rubiah Karmel "Flos Carmeli" di Batu, Jatim, melambungkan doa harian pagi usai perayaan ekaristi di Kapel Biara. (Mathias Hariyadi)

WOW, apa itu ? Ooo…itu adalah sepenggal kotbah romo, saat kami mengucapkan kaul kekal meriah di dalam Ordo Karmel, 1 Februari 2001 lalu.

Seruan ini  tentu saja disambut tawa  meriah oleh umat yang hadir dan mereka yang mengerti artinya.

Bagi yang tidak mengerti hanya senyum-senyum simpul.

Baca juga: 

Romo yang satu ini memang  pandai untuk berpantun ria, di saat pelajaran maupun kotbah. Beliau adalah Romo Delegatus Monalium untuk para rubiah Karmel yaitu Rm. Fredericus Kasmono Porrwoadisasmito, O.Carm. Sebagai pastor delegatus Ordo Karmel untuk para suster rubiah karmelites, beliau cukup lama menduduki jabatan dan fungsi tersebut. Kini,  beliau  sudah almarhum sejak 1 Oktober 2012 dan sekarang menjadi pendoa bagi kami.

Mengapa indah kata-kata ‘kecipir merambat kawat’? Artinya: Nek dipikir-pikir, apa kuat? (Kalau direnungkan dalam-dalam, apa nanti kuat tahan uji?)

Arti kalimat ini sungguh sarat makna, kalau  dalam bahasa Indonesia berarti kalau dipikir-pikir apa ya kuat? Kata-kata itu bagi saya tetap menggema di hati  sampai saat ini.

Para suster rubiah karmel saat merayaka Pesta Emas HUT ke-50 tahun Biara Rubiah Karmel “Flos Carmeli” Batu, Jatim. (Ist)

Tak mudah menjadi rubiah

Menjalani hidup sebagai seorang rubiah Karmel bukan hal yang mudah, seperti  membalik tangan, namun saya sungguh sadar bahwa semua itu karena kemurahan dan belas kasih Allah semata.

Allah sungguh hidup dan ada di setiap langkah kehidupan ini.

Mengapa almarhum Rm. Poerwo justru  mengambil parikan tersebut? Tentu bukan tanpa alasan. Almarhum Romo Poewo sangatlah tahudan memahami akan perjuangan kami, karena memang Romo memberi waktu bagi siapa saja untuk berwawan hati dan menjadi pendengar yang baik.

Keunggulannya adalah kemampuan diri bisa menyimpan rahasia.

Kehidupan sebagai suster kontemplatif sering dipandang sebelah mata oleh kebanyakan orang bahkan orang Katolik sekali pun. Mereka menganggap aneh, karena memang tidak tahu kehidupan yang sesungguhnya.

Namun bagi yang tahu hidup keseharian kami di balik tembok Biara Rubiah Karmel “Flos Carmeli” di Batu, Jatim ini, mereka akan dengan sukacita mendukung dan mendoakan kami.

Kami yang juga rapuh –seperti orang kebanyakan, tetapi dipilih oleh Allah sebagai alat-Nya– untuk berdoa dan berkurban untuk Gereja. Dari hari ke hari,  kami berusaha menemukan Allah dan mengejar cinta yang sempurna (Konstitusi artikel 192).

Masih relevankah kehidupan kontemplatif  zaman ini?

Tentu saja, jawaban kami: masih sangat relevan.

“Kecipir mrambat kawat, nek dipikir opo yo kuat? “ itu bukan untuk dipikir-pikir tetapi untuk dihayati dan dihidupi bersama Allah.

Dalam bentuk kehidupan apa pun,  pasti  kita perlu berjuang dan bertekun,untuk merasakan tuntunan Allah di setiap saat.

Beranikah kita kita berserah diri padaNya ?

Dan hanya pada Allah saja cukup –seperti nasehat  St. Teresa Avila.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here