Biasakan Puasa, Peran Kecil dalam Pemulihan Bumi

0
78 views
Ilustrasi: Berpuasa. (Ist)

PASKAH baru saja berlalu. Lebaran juga telah lewat, meskipun hiruk-pikuk acara halal-bihalal masih saja terus terdengar. Apa kesamaan kedua momen besar tersebut? Puasa.

Sukacita perayaan Paskah didahului dengan 40 hari masa puasa dan pantang. Hari suci Idul Fitri juga diawali dengan 30 hari puasa Ramadhan. Meskipun keduanya memiliki tatacara yang berbeda, namun memiliki tujuan mulia sama: tanda pertobatan, matiraga mengendalikan hawa nafsu untuk memurnikan hati.

Mari kita coba memaknai kegiatan berpuasa dengan cara pandang yang berbeda. Puasa sejatinya bukan saja usaha untuk melatih diri menjadi manusia yang lebih baik lagi. namun juga dapat dilihat sebagai sarana untuk terlibat dalam pemulihan bumi.

Peran manusia dalam dalam pemanasan global

Bagaimana tidak? Para ahli mengatakan bahwa saat ini planet bumi mengalami kerusakan. sehingga kondisinya semakin tidak sehat untuk ditinggali oleh manusia. Salah satu penyebabnya adalah perubahan iklim global yang ditandai terutama oleh pemanasan global.

Pemanasan global adalah istilah yang mengacu pada efek aktivitas manusia terhadap iklim; khususnya pembakaran bahan bakar fosil (batubara, minyak dan gas). Juga deforestasi skala besar yang menyebabkan emisi ke atmosfer sejumlah besar gas rumah kaca; terutama karbon dioksida.

Berdasarkan pengamatan di seluruh dunia, suhu rata-rata global telah meningkat selama abad terakhir. Hal ini tidak hanya diamati secara langsung pada peningkatan suhu, tetapi juga dibuktikan dari pengamatan tidak langsung. Seperti naiknya permukaan air laut, mencairnya salju dan es, serta berubahnya fenologi tumbuhan.

Ilustrasi: Plang stop kebakaran hutan di wilayah Kendawangan, Kabupaten Ketapang, Kalbar. (Mathias Hariyadi)

Perubahan iklim menimbulkan ancaman global terhadap kesehatan masyarakat, lingkungan, pertanian, dan ekonomi.

Berbagai faktor berkontribusi terhadap perubahan iklim yang dapat dibedakan menjadi aktivitas manusia dan faktor alam.

  • Aktivitas manusia diakui berkontribusi besar pada terjadinya fenomena pemanasan global; melalui produksi gas rumah kaca yang dihasilkan dari transportasi, energi, air, limbah, makanan, barang, dan jasa.
  • Sedangkan faktor-faktor seperti aktivitas matahari dan letusan gunung berapi dianggap sebagai faktor alam.

Analisis dari CarbonBrief.org menyimpulkan bahwa sejak tahun 1850, hampir semua pemanasan jangka panjang terkait dengan emisi gas rumah kaca dan aktivitas manusia lainnya. Variabilitas alami dalam iklim bumi tidak memainkan peran utama dalam pemanasan jangka panjang. Namun peran manusialah yang lebih dominan.

Perilaku makan dan pemanasan global

Salah satu aktivitas manusia yang memiliki pengaruh besar dalam produksi gas rumah kaca adalah aktivitas makan dan proses produksi makanan. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa aktivitas makan berkontribusi di dalam menghasilkan gas rumah kaca yang bisa diukur sebagai jejak karbon.

ILustrasi: Awas bahaya ketamakan dalam pola makan. (Ist)

Konsumsi makanan dapat mencapai lebih dari 15% dari emisi gas rumah kaca per kapita di AS. Kontribusi rantai makanan masyarakat Finlandia terhadap perubahan iklim adalah 14%; dengan perhitungan  satu porsi makan siang orang Finlandia berkisar antara 0,65 dan 3,80 kg CO2eq/orang.

Konsumsi makanan orang Inggris saat ini menghasilkan 7,4 kg CO2eq/orang/hari, atau 2,7 ton CO2eq/orang/tahun. Jumlah ini menghasilkan total emisi gas rumah kaca sebesar 167 metrik ton CO2eq untuk seluruh populasi Inggris pada tahun 2009, 27% dari total emisi gas rumah kaca di Inggris.

Pilihan perilaku makan memiliki efek kuat pada dampak lingkungan yang ditimbulkan dalam skala luas. Selain perubahan pada pola makan individu yang menghasilkan lebih sedikit jejak karbon, perlu juga mempertimbangkan biaya lingkungan dari rantai produksi makanan; mulai dari saat ditanam hingga sampai di atas piring dan siap dimakan.

Kesadaran untuk meningkatkan tanggungjawab lingkungan melalui perilaku makan terus muncul dari seluruh penjuru dunia. Pengelolaan jejak karbon semakin diminati oleh individu, rumahtangga, dan masyarakat. Semakin banyak orang berupaya mengurangi jejak karbon pribadi mereka, atau jumlah emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh perilaku mereka.

Gerakan ini terjadi di banyak negara seperti Finlandia, Swedia, Denmark, Inggris, Kanada, dan Amerika Serikat (AS).

Ilustrasi: Giat Penghijauan Malaka ini digerakkan oleh motivasi luhur yakni membumikan semangat “Laudato Si”. Caranya dengan mengajak berbagai kalangan untuk mencintai dan merawat bumi. (Kelompok Millenials Pecinta Malaka)

Manusia dipanggil berperan dalam pemulihan bumi

Hubungan manusia dengan alam memainkan peran penting yang mendasar dalam kesejahteraan manusia. Hipotesis biofilia yang dikemukakan oleh Edward O. Wilson menunjukkan bahwa identitas dan kepenuhan pribadi manusia bergantung pada hubungannya dengan alam. Kata biofilia mengandung arti “cinta kehidupan”.

Hipotesis ini menyatakan adanya kebutuhan dan kecenderungan mendasar manusia yang berbasis genetik untuk berafiliasi dan merespons dunia alami non-manusia dengan intensitas emosional. Hipotesis biofilia menunjukkan identitas manusia dan pemenuhan pribadi -entah bagaimana- bergantung pada hubungan kita dengan alam. Juga bahwa kebutuhan manusia akan alam tidak hanya terkait dengan eksploitasi material terhadap lingkungan, tetapi juga dengan pengaruh alam terhadap emosi, kognitif, estetika, dan bahkan perkembangan spiritualnya.

Fromm percaya bahwa sikap produktif, kreatif, dan peduli terhadap kehidupan merupakan hal mendasar bagi kesehatan mental manusia secara individu dan bagi umat manusia secara keseluruhan untuk bertahan hidup. Fromm berpendapat bahwa biofilia adalah inti dari etika kemanusiaan.

Hubungan manusia dengan alam bersifat timbal balik. Bumi yang sehat akan memberikan banyak manfaat untuk manusia. Sebaliknya, manusia juga dituntut berperan untuk menjaga alam supaya bumi tetap sehat untuk ditinggali. Manusia sebagai individu dapat berperan kecil di dalam usaha pemulihan bumi.

Namun peran ini akan membawa pengaruh yang lebih signifikan apabila dilakukan sebagai gerakan kolektif yang melibatkan populasi dalam skala yang lebih luas. Manusia berkontribusi besar dalam menyebabkan kerusakan bumi, namun sekaligus mendapat panggilan untuk berperan di dalam pemulihan bumi.

Puasa sebagai usaha berperan dalam pemulihan bumi

Setiap orang memiliki kesempatan untuk berperan dalam pemulihan bumi; melalui reduksi produksi gas rumah kaca pada level individu. Jika sulit untuk mengubah perilaku yang terkait dengan penggunaan energi dan transportasi dalam hidup sehari-hari, maka dapat dilakukan mulai dari dengan mengubah kebiasaan makan pribadi.

Produksi gas rumah kaca tiap individu yang dihasilkan dari kegiatan 3x makan dalam sehari, dapat dikurangi menjadi hanya sepertiganya dengan kebiasaan makan hanya satu kali dalam satu hari. Kebiasaan makan satu kali sehari ini lazim dilakukan dalam rangka puasa prapaska.

Ilustrasi: Makan di warung pinggir jalan. (Mathias Hariyadi)

Makan satu kali dalam sehari

Makan satu kali dalam satu hari juga mulai dikenal secara luas sebagai variasi bentuk dari intermitten fasting, metode diet yang populer akhir-akhir ini.

Makan satu kali dalam satu hari adalah tindakan dengan sengaja untuk membuat sel-sel tubuh mengalami kelaparan, sehingga tubuh akan menggunakan sel-sel mati dan debris bahan-bahan sisa di dalam sel sebagai sumber energi.

Makan satu kali dalam satu hari sebenarnya melakukan praktik autophagy yang memiliki arti penting bagi kesehatan. Autophagy adalah suatu proses saat bagian sel dicerna oleh sel itu sendiri di dalam organel lisosom atau vakuola.

Prosesnya dicirikan sebagai respons hormonal dan kelaparan, namun memiliki peran yang luas dalam biologi, termasuk organel remodelling, kontrol kualitas protein dan organel, pencegahan stres genotoksik, penekanan tumor, eliminasi patogen, regulasi kekebalan dan peradangan, pewarisan DNA maternal, metabolisme, dan kelangsungan hidup seluler.

Autophagy memiliki peran mendasar dalam banyak fungsi seluler penting, maka dikaitkan dengan pengobatan pada berbagai penyakit.

Makan satu kali dalam satu hari memiliki manfaat global dan personal.

  • Manfaat global, karena berkontribusi mengurangi produksi gas rumah kaca, meskipun pada level individu.
  • Sedangkan, manfaat personal karena akan memberikan manfaat untuk kesehatan pribadi.

Berpuasa mestinya dilakukan bukan hanya pada momen Masa Prapaska atau Bulan Ramadhan, namun sebaiknya juga bisa menjadi kebiasaan sehari-hari; sebagai usaha kecil untuk berperan dalam pemulihan bumi.

Elisa Rinihapsari

Pelaku puasa autophagy

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here