Bacaan 1: Sir 44:1. 10-15
Injil: Mat 13:16-17
Dalam filosofi Jawa, ketika seseorang akan mencari pasangan hidup sering menimbang “bibit, bebet dan bobot”.
Pohon yang baik pasti akan berbuah baik, demikian juga dengan keluarga.
Bibit, istilah untuk menggambarkan dari mana (keluarga) seseorang berasal.
Bebet, istilah yang digunakan untuk mengetahui harta benda yang dimiliki. Bukan hal rahasia, banyak orang tua ingin anaknya memiliki pasangan hidup dengan memandang tingkat ekonomi. Bagaimanapun tingkat sosial anak juga bisa menurunkan atau mengangkat derajat orangtuanya.
Bobot sebagai hal terakhir yang harus dilihat, merupakan sifat dari calon pasangan anaknya. Apakah ia berpendidikan tinggi, memiliki pekerjaan yang baik, dan juga kehidupan yang mapan.
Ada banyak pasangan yang gagal melanjutkan ke jenjang pernikahan karena tidak mendapat restu orang tua saat mempertimbangkan “bibit, bebet dan bobotnya”. Bagaimanapun orang tua pasti ingin anaknya mendapatkan pasangan yang terbaik.
Mungkin saat ini sudah banyak yang meninggalkan filosofi tersebut. Namun barangkali masih ada yang menerapkannya.
Seruan Apostolik Paus Fransiskus, Amoris Laetitia (Sukacita Kasih), “Tak ada keluarga yang jatuh dari langit dan kondisinya sempurna. Sebaliknya, semua keluarga membutuhkan waktu untuk terus-menerus tumbuh dan menjadi dewasa dalam kemampuan mereka mencintai satu sama lain” (§325).
Tak ada manusia yang sempurna. Harus ada semangat untuk bertumbuh.
Namun penulis Sirakh percaya bahwa keluarga yang baik akan memberikan keturunan yang baik dan kebaikan mereka akan terus dikenang sepanjang masa.
“…kami hendak memuji orang-orang termasyhur, para nenek moyang kita menurut urut-urutannya…
…yang kebajikannya tidak sampai terlupa; semuanya tetap tinggal pada keturunannya sebagai warisan baik yang berasal dari mereka.
Keturunannya tetap setia kepada perjanjian-perjanjian, dan anak-anak merekapun demikian pula keadaannya…”
Sebagai keluarga katolik, kita punya “bibit, bebet dan bobot” yang patut dibanggakan. Bibit sebagai anak-anak Allah. Bebet baik, karena harta yang diwariskan Kristus sebagai orang kudus adalah harta yang tak ternilai. Dan bobot, karena kita memiliki sikap saling mengasihi.
“Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar.”
Pesan hari ini
Kita bahagia memiliki mata hati yang mampu melihat keilahian Kristus, dan mampu mendengar sabda-Nya lewat Kitab Suci.
Memiliki “bibit, bebet dan bobot” yang terbaik warisan dari Kristus.
“Keluarga sempurna ketika semua orang saling mencintai dengan senyum yang tulus.”